Spotify Menghapus 75 Juta Lagu Spam yang Dihasilkan AI
JAKARTA – Spotify telah mengambil langkah tegas untuk membersihkan platformnya dari musik spam yang dihasilkan oleh teknologi kecerdasan buatan (AI). Dalam satu tahun terakhir, sekitar 75 juta lagu spam telah dihapus dari layanan streaming musik tersebut.
Fenomena ini muncul akibat kemudahan yang ditawarkan oleh perkembangan teknologi AI, yang memungkinkan pihak tidak bertanggung jawab menciptakan musik palsu dalam jumlah besar.
Konten spam seperti ini menjadi ancaman serius bagi platform dan para musisi asli. Setiap lagu yang diputar lebih dari 30 detik bisa menghasilkan royalti, sehingga memberikan keuntungan bagi penipu sementara musisi asli kehilangan pendapatan mereka.
Hal ini menyebabkan ketidakadilan dalam distribusi royalti dan menimbulkan masalah bagi industri musik.
Jumlah 75 juta lagu spam ini hampir mendekati katalog resmi Spotify yang berisi sekitar 100 juta lagu, di luar 7 juta podcast dan 350 ribu buku audio. Sebagian besar dari konten spam berhasil diblokir sebelum diunggah melalui sistem penyaringan canggih. Sisanya dihapus setelah terdeteksi melanggar aturan platform.
Untuk mencegah penyalahgunaan lebih lanjut, Spotify telah mengembangkan filter khusus yang mampu mengidentifikasi pengunggah, menandai akun bermasalah, serta mencegah lagu-lagu spam direkomendasikan oleh algoritma.
Teknik spam kini semakin mudah dilakukan karena AI mampu menghasilkan musik dalam jumlah besar, mulai dari instrumen meditasi hingga tiruan lagu artis ternama.
Meski demikian, Spotify menegaskan bahwa dampak dari musik spam terhadap kebiasaan mendengarkan dan distribusi royalti masih minim. Pada tahun 2023 lalu, platform ini bahkan membayar royalti hingga USD 10 miliar, meskipun sering terjadi perdebatan terkait jumlah yang diterima musisi.
Sebagai langkah antisipasi, Spotify memperkenalkan aturan baru, yakni lagu hanya bisa menghasilkan royalti setelah diputar lebih dari 1.000 kali. Perusahaan juga memperketat larangan terhadap penggunaan deepfake vokal tanpa izin artis yang ditiru.
Salah satu kasus yang paling mencolok adalah lagu Heart on My Sleeve pada 2023, yang menampilkan suara AI menyerupai Drake dan The Weeknd sebelum akhirnya ditarik setelah dikritik oleh Universal Music Group.
Spotify juga mendukung standar industri baru dari DDEX, yang mendorong transparansi penggunaan AI dalam proses pembuatan musik. Meski bersifat sukarela, perusahaan percaya langkah ini akan meningkatkan kepercayaan publik.
“Ini bukan tentang menghukum musisi yang menggunakan AI secara bertanggung jawab, melainkan menjaga keterbukaan di platform,” ujar Spotify.
Namun, kontroversi tetap muncul, terutama setelah Velvet Sundown, band yang sepenuhnya diciptakan AI, meraih popularitas di Spotify. Meski menuai seruan agar diberi label khusus, Spotify belum menghapus profil mereka karena dinilai tidak melanggar kebijakan anti-spam yang berlaku.