Pengaruh Ruas Tol yang Masih Sepi terhadap Kinerja Keuangan Hutama Karya
JAKARTA – PT Hutama Karya (Persero), salah satu perusahaan BUMN yang mengelola beberapa ruas jalan tol di Indonesia, kini menghadapi tantangan dari sejumlah ruas tol yang masih sepi.
Hal ini memengaruhi pendapatan dan operasional perusahaan, meskipun secara keseluruhan kinerja keuangan perseroan masih terjaga dengan baik.
Beberapa ruas tol yang dikelola oleh Hutama Karya termasuk dalam daftar ruas yang memiliki trafik di bawah 50% dari target dalam Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT).
Ruas-ruas tersebut antara lain Tol Sigli-Banda Aceh, Tol Lubuk Linggau-Curup-Bengkulu, Tol Simpang Indralaya-Muara Enim, dan Tol Palembang-Indralaya.
Menurut EVP Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya, Adjib Al Hakim, dampak dari minimnya trafik paling terasa pada biaya operasi dan pemeliharaan. Meski demikian, Adjib menyatakan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan Hutama Karya tetap positif.
Dalam laporan Company Update, perseroan mencatat pendapatan sebesar Rp 11,58 triliun pada semester I-2025, turun 6,9% secara year-on-year (yoy). Namun, laba setelah pajak perseroan meningkat signifikan sebesar 123,5% yoy menjadi Rp 890 miliar.
“Kami masih mampu menjaga pertumbuhan pendapatan dan laba secara keseluruhan, dengan terbantu atas kontribusi ruas tol lain yang lebih baik dan segmen usaha lainnya,” ujar Adjib.
Untuk mengurangi dampak dari ruas tol yang masih sepi, Hutama Karya telah menyiapkan berbagai strategi efisiensi. Salah satunya adalah penggunaan digitalisasi dalam operasional dan pemeliharaan agar beban biaya dapat lebih terkendali.
Selain itu, perusahaan juga melakukan divestasi aset pada 2023, seperti melepas kepemilikan di Tol Medan–Binjai dan Bakauheni–Terbanggi Besar. Langkah ini dilakukan untuk menurunkan beban utang serta menjaga keberlanjutan proyek strategis Trans Sumatera.
Menyambut akhir tahun, Hutama Karya optimistis bahwa trafik kendaraan akan mengalami pertumbuhan, terutama selama momen libur Natal dan Tahun Baru. Pertumbuhan ini juga didukung oleh mulai beroperasinya beberapa ruas baru dan optimisme terhadap perbaikan ekonomi nasional.
Perseroan memproyeksikan pendapatan dan laba bersihnya masing-masing sekitar Rp 27 triliun dan Rp 4 triliun pada tahun penuh 2025, turun dari posisi Rp 30,25 triliun dan Rp 4,29 triliun pada tahun sebelumnya.
Namun, segmen jalan tol diprediksi bisa mengantongi pendapatan sebesar Rp 22 triliun, naik dari posisi Rp 21 triliun pada tahun penuh 2024, serta laba bersih sebesar Rp 900 miliar.
Ke depan, Hutama Karya melihat adanya potensi perbaikan kinerja di ruas-ruas tol yang saat ini masih sepi. Secara keseluruhan, Adjib menyatakan bisnis jalan tol memiliki prospek positif seiring semakin tersambungnya koridor utama Trans Sumatera yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah sehingga akan mendorong peningkatan trafik.
“Perbaikan kinerja akan membaik seiring pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar, peningkatan konektivitas antar ruas, serta dukungan kebijakan pemerintah,” tambah Adjib.