Laporan WGC: Dua Per Tiga Warga Indonesia Investasi Emas

Emas sebagai Pilihan Utama Investasi di Kalangan Investor Indonesia

JAKARTA – Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh World Gold Council (WGC) dengan judul “Gold for the Nation: Strengthening the Financial Resilience of Indonesians” menunjukkan bahwa emas menjadi salah satu instrumen investasi paling diminati oleh masyarakat Indonesia.

Studi ini dilakukan terhadap 2.000 investor dari berbagai usia dan tingkat pendapatan, dan hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 67 persen dari mereka memiliki investasi dalam bentuk emas.

Investasi emas tidak hanya terbatas pada emas batangan atau koin, tetapi juga mencakup perhiasan emas, ETF emas, serta sekuritas emas lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia telah memahami berbagai bentuk investasi emas dan memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial mereka.

Minat untuk kembali berinvestasi emas juga sangat tinggi. Sekitar 85 persen investor yang pernah melakukan investasi emas berencana untuk membeli kembali dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Sementara itu, 14 persen lainnya menyatakan rencana untuk menambah investasi mereka di masa mendatang.

Di sisi lain, sekitar 26 persen dari para calon investor yang belum pernah berinvestasi emas mengungkapkan rencana untuk memulai investasi tersebut dalam waktu dekat, sedangkan 62 persen lainnya masih tertarik untuk melakukannya di masa depan.

Tren ini semakin kuat karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menambah tabungan dan melindungi kekayaan dari ketidakpastian ekonomi global. Tujuan utama dari investasi emas antara lain adalah menyisihkan dana darurat, mempersiapkan dana pensiun, serta membangun warisan bagi generasi berikutnya.

Shaokai Fan, Head of Asia Pacific (ex China) and Global Head of Central Banks di WGC, menjelaskan bahwa emas dianggap sebagai investasi yang mudah dibeli dan dijual, serta menunjukkan kinerja yang stabil dan konsisten di tengah situasi ekonomi yang tidak pasti.

Ia juga menambahkan bahwa banyak investor Indonesia memandang emas sebagai alat pelindung kekayaan yang membantu menjaga nilai aset saat pasar sedang bergejolak.

Kinerja emas dalam dua tahun terakhir sangat mencolok. WGC mencatat bahwa emas menjadi aset dengan performa terbaik dalam rupiah, dengan return sebesar 32 persen pada 2024 dan 44 persen sepanjang 2025 (year-to-date).

Rata-rata periode kepemilikan emas fisik, seperti emas batangan, koin, dan perhiasan, berkisar antara 4 hingga 10 tahun, sementara ETF dan sekuritas emas lainnya biasanya disimpan selama sekitar 6 tahun.

Preferensi masyarakat terhadap emas mencerminkan orientasi jangka panjang mereka. Shaokai menekankan bahwa investor Indonesia cenderung didorong oleh keinginan untuk mencapai stabilitas finansial.

Mereka berharap investasi dapat memberikan rasa optimis terhadap masa depan, perlindungan finansial, serta keyakinan bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat dan bijaksana.

Emas juga membantu portofolio investasi bertahan menghadapi tekanan dari berbagai tantangan dan ketidakpastian eksternal. Ketika dikombinasikan dengan instrumen investasi utama lainnya, emas berperan dalam mendiversifikasi risiko.

Laporan ini juga menyoroti bahwa karakteristik emas sesuai dengan kebutuhan mayoritas investor Indonesia, yang lebih memilih portofolio yang sederhana, mudah dipahami, serta didukung oleh rekomendasi institusi keuangan dan pakar investasi yang tepercaya.

Untuk meningkatkan partisipasi investor pemula, WGC menekankan pentingnya informasi yang jelas tentang cara membeli emas dan pemilihan produk yang sesuai dengan kapasitas finansial. Edukasi dinilai sebagai kunci agar masyarakat dapat menghindari hambatan umum dan membuat keputusan investasi yang tepat.

Laporan analisis ini dipresentasikan dalam acara Bullion Connect 2025: Linking Mines to Markets, yang merupakan kolaborasi antara WGC dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Acara ini menandai peluncuran laporan, penyerahan simbolis kepada pemerintah, serta membahas potensi industri emas Indonesia dan penguatan regulasi guna membangun ekosistem bullion yang lebih tangguh dan terintegrasi.