“Yang kedua jika di kartu tani terjadi kerusakan, proses (perbaikan) itu tidak cukup satu minggu. Terus yang namanya tanaman itu tidak bisa menunggu walaupun satu minggu. Kemudian misalnya stok urea di PPL di wilayah petani itu habis, petani tidak bisa mengambil pupuk urea di PPL lain,” papar Luthfi.
“Itu problem yang sangat complicated. Akhirnya apa, petani kita yang malah kebingungan padahal pupuknya ada. Lah tata kelola di tingkat bawah yang belum (beres),” jelas Luthfi.
Selanjutnya, dalam pembelian pupuk, Luthfi menambahkan, ada yang menggunakan kartu tani ada yang menggunakan KTP. Sehingga persoalan ini harus disingkirkan.
“Saya yakin kebijakan dari provinsi itu bagus. Yang bagus akan kita tarik, kita perbaikilah. Kalau stok, secara nasional pupuk subsidi itu cukup. Nasional itu hari ini ada 4,5 juta ton ditambah 40 juta ton. Artinya ini besar sekali. Tinggal mekanisme di lapangan,” jelas Luthfi.
Bersama Taj Yasin, mantan Kapolda Jateng ini akan melakukan perubahan mekanisme agar ada pendistribusian pupuk bisa disalurkan dengan benar sehingga petani di Jawa Tengah tidak lagi mengalami kelangkaan pupuk.
“Jangan sampai kuota yang sudah cukup ini mekanisme di lapangan kurang adanya sosialisasi, sehingga masyarakat tetap teriak pupuk pupuk,” jelas Luthfi.