Tradisi Makan Tanah Saat Hamil di Berbagai Negara
JAKARTA – Banyak orang mungkin pernah mendengar tentang kebiasaan ibu hamil yang mengidamkan makan tanah. Namun, tidak semua tahu bahwa ada tradisi spesifik yang melibatkan konsumsi tanah liat selama masa kehamilan, termasuk di Indonesia.
Tradisi ini dikenal dengan istilah geofagi dan sering kali dilakukan oleh ibu-ibu di daerah pedesaan atau masyarakat tradisional.
Geofagi adalah praktik mengonsumsi tanah liat, batu, atau bahan-bahan alami lainnya. Di Afrika, misalnya, tradisi ini memiliki sejarah panjang dan dipercaya memberikan manfaat tertentu bagi kesehatan.
Beberapa percaya bahwa tanah liat dapat membantu menyerap racun dalam tubuh, mengurangi mual, atau menyediakan sumber kalsium dan mineral lainnya. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi tanah liat bisa berisiko, terutama bagi janin.
Manfaat yang Diklaim dari Geofagi
Beberapa orang percaya bahwa tanah liat memiliki kemampuan untuk mengikat racun dalam sistem pencernaan. Dengan demikian, racun tidak masuk ke dalam aliran darah dan justru dikeluarkan bersama limbah.
Selain itu, tanah liat juga diklaim bisa membantu mengurangi rasa mual pada ibu hamil dan menjadi sumber nutrisi tambahan.
Namun, meski ada klaim manfaat tersebut, para ahli seperti Peter Abrahams, pensiunan ahli geokimia lingkungan, menegaskan bahwa hipotesis ini belum terbukti secara ilmiah.
Ia mengatakan bahwa meskipun banyak hewan memakan tanah, tidak ada bukti kuat bahwa manusia memperoleh manfaat nyata dari praktik ini.
Risiko Konsumsi Tanah Liat untuk Janin
Salah satu risiko utama dari geofagi adalah paparan logam berat, terutama timbal. Timbal bisa terakumulasi dalam tubuh dan berdampak buruk pada perkembangan janin.
Penelitian oleh Ruth Kutalek dari Universitas Kedokteran Wina menemukan bahwa kadar timbal dalam darah bayi di Republik Demokratik Kongo jauh lebih tinggi dibandingkan di Austria, tempat geofagi jarang terjadi.
Kadar timbal dalam darah bayi di Kongo mencapai rata-rata 60 mikrogram per liter, sedangkan di Austria hanya 13. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyatakan bahwa tidak ada kadar timbal yang aman bagi anak-anak. Bahkan kadar rendah pun bisa memengaruhi pertumbuhan, pendengaran, atau kemampuan belajar bayi.
Tradisi Ampo di Indonesia
Di Indonesia, ada olahan tanah liat yang disebut Ampo. Ampo biasanya berbentuk gulungan tipis dan dikonsumsi oleh ibu hamil. Menurut Atun Dwi Astuti, salah satu pembuat Ampo di Bantul, proses pembuatannya dimulai dengan merendam tanah liat agar mudah dibentuk. Setelah itu, tanah diolah hingga padat dan dibentuk menjadi gulungan.
Atun menjelaskan bahwa Ampo untuk ibu hamil biasanya dipanggang menggunakan sabut kelapa dan memiliki aroma harum. Ada mitos bahwa mengonsumsi Ampo bisa membuat kulit bayi menjadi putih. Meski demikian, ia mengakui bahwa penggunaan Ampo saat ini semakin langka.
Kesimpulan
Meski geofagi masih dipraktikkan di beberapa daerah, para ahli sepakat bahwa konsumsi tanah liat berisiko, terutama bagi ibu hamil dan janin.
Seiring dengan peningkatan kesadaran akan bahaya logam berat, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan alternatif yang lebih aman untuk mengatasi kebutuhan nutrisi selama kehamilan.