Bantuan dan Dukungan Pemerintah untuk Keluarga Korban Robohnya Mushola di Sidoarjo
SIDOARJO – Menteri Sosial Republik Indonesia, Syaiful Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul, memberikan bantuan sosial kepada keluarga korban robohnya bangunan mushola Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.
Kegiatan ini dilakukan pada Sabtu, 11 Oktober 2025 di Kantor Wilayah Nahdlatul Ulama (NWNU) Jawa Timur, Surabaya. Acara ini juga dihadiri oleh para pengurus NU se-Jawa Timur serta keluarga korban, termasuk Kyai Salam, pengasuh Ponpes Al Khoziny.
Gus Ipul menyampaikan bahwa dalam pertemuan tersebut, pihaknya mengajak berbagai tokoh agama dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama berdoa dan memperkuat semangat masyarakat dalam menghadapi musibah ini.
Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah dalam proses penanganan bencana, mulai dari evakuasi hingga rehabilitasi dan rekonstruksi bangunan.
Proses Penanganan Bencana
Menurut Gus Ipul, penanganan bencana terdiri dari tiga tahap utama, yaitu evakuasi, masa kedaruratan, dan masa rehabilitasi serta rekonstruksi.
Semua tahapan ini akan dikelola secara bersama-sama dengan Kementerian Sosial, Kementerian terkait, dan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota yang terdampak.
Pertama-tama, pemerintah akan memberikan kerangka perlindungan dan jaminan sosial bagi keluarga korban, baik yang meninggal maupun yang mengalami luka berat.
Selanjutnya, pemerintah akan membantu proses rehabilitasi medis dan sosial. Jika diperlukan, pihaknya akan melakukan dialog dan assessment terhadap kebutuhan keluarga korban, termasuk program pemberdayaan yang sesuai dengan kondisi mereka.
Bantuan untuk Santri yang Mengalami Disabilitas
Khusus untuk santri yang mengalami disabilitas akibat amputasi kaki atau tangan, Gus Ipul menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Komisi Nasional Disabilitas. Tujuannya adalah memastikan bahwa keluarga dapat memberikan bimbingan yang tepat bagi putra-putrinya yang menjadi penyandang disabilitas.
Ia menekankan bahwa selain alat bantu seperti kaki palsu, tangan palsu, tongkat, dan kursi roda, pihaknya juga akan memberikan pendampingan total kepada santri-santri yang terkena dampak. “Ini bukan akhir dari segalanya, tapi justru awal yang harus kita rangkai lebih baik agar mereka bisa meraih prestasi,” ujarnya.
Evaluasi Struktur Bangunan Pesantren
Dalam hal evaluasi struktur bangunan pesantren, Gus Ipul menyarankan agar semua pesantren melalui Pengurus Nahdlatul Ulama melakukan audit terhadap struktur bangunan. Kerja sama dengan pemerintah daerah, kabupaten/kota, dan Kementerian Pekerjaan Umum sangat diperlukan.
Ia menjelaskan bahwa banyak pesantren dibangun secara mandiri tanpa melibatkan konsultan. Namun, saat ini perlu adanya aturan yang lebih ketat, sehingga setiap bangunan harus memiliki sertifikat kelayakan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terulangnya musibah serupa.
Identifikasi Keluarga Korban
Hingga saat ini, sebanyak 17 keluarga korban sudah teridentifikasi melalui proses assessment. Gus Ipul menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan diskusi intensif dengan keluarga-keluarga tersebut untuk menentukan program pemberdayaan yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Diharapkan, langkah-langkah ini akan membantu keluarga korban bangkit dan kembali pulih secara ekonomi maupun sosial.











