Nasib Investor ARCI dan PIPA: Satu Saham Disemprot BEI, Satunya Terancam Harga Tender Rp21

Saham PIPA Anjlok 10% Setelah Rilis Harga Tender Offer yang Mengejutkan

JAKARTA – Pada penutupan perdagangan Jumat, 17 Oktober 2025, saham PT Multi Makmur Lemindo Tbk. (PIPA) mengalami penurunan signifikan sebesar 10%, atau 46 poin, hingga mencapai level Rp414 per saham.

Penurunan ini diduga kuat terkait dengan rilis fakta material yang menyebutkan bahwa PT Morris Capital Indonesia (MCI), sebagai pengendali baru PIPA, akan melaksanakan Penawaran Tender Wajib atas sisa saham publik.

Harga tender offer yang dirilis hanya sebesar Rp21 per lembar saham, jauh di bawah ekspektasi pasar. Berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), harga tender offer ditentukan berdasarkan harga rata-rata tertinggi harian selama 90 hari sebelum pengumuman negosiasi, yaitu pada 28 April 2025. Angka ini kemudian menjadi dasar penetapan harga Rp21 per saham.

Investor yang memegang saham PIPA di harga penutupan Jumat (Rp414) tentu merasa kaget dengan harga tender yang sangat rendah. Pengendali baru, MCI, diketahui telah mengambil alih 43,78% saham PIPA dari pengendali lama dengan harga rata-rata hanya Rp10,60 per saham.

Meski MCI menyatakan rencana untuk mengembangkan PIPA menjadi ekosistem distribusi energi nasional, harga tender yang rendah tampaknya telah memicu kepanikan di pasar.

Volatilitas ARCI dan Respons Bursa Efek Indonesia

Di sisi lain, saham PT Archi Indonesia Tbk. (ARCI) juga mengalami penurunan tajam. Pada penutupan perdagangan Jumat, saham ARCI turun 40 poin atau 2,7% ke level Rp1.435 per saham, setelah sempat menyentuh level terendah di Rp1.410. Hal ini membuat Bursa Efek Indonesia (BEI) melayangkan surat permintaan penjelasan atas volatilitas transaksi efek ARCI pada 9 Oktober 2025 lalu.

Dalam surat tanggapan resmi tertanggal 10 Oktober 2025, pihak ARCI mengaku tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material apa pun yang dapat memengaruhi nilai efek perusahaan.

“Perseroan tidak mengetahui adanya informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek Perseroan atau keputusan investasi pemodal,” tulis manajemen ARCI dalam keterbukaan informasi.

Namun, jawaban tersebut diberikan meskipun sebulan sebelumnya, tepatnya pada 19 September 2025, perusahaan melaporkan adanya restrukturisasi internal di mana PT Rajawali Kapital Emas (RKE) membeli 2,96 miliar lembar saham ARCI dari PT Rajawali Corpora (RC) dan PT Wijaya Anugerah Cemerlang (WAC) di harga Rp800 per lembar.

Perubahan kepemilikan saham ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab volatilitas yang terjadi.

Kondisi Pasar dan Ekspektasi Investor

Kedua kasus ini menunjukkan ketidakstabilan di pasar modal, terutama bagi investor ritel yang memegang saham PIPA dan ARCI. Penurunan harga saham yang tajam dan rilis fakta material yang tidak sesuai ekspektasi memberikan dampak psikologis yang besar kepada para pemegang saham.

Meski pengendali baru dan manajemen perusahaan menyampaikan rencana pengembangan bisnis, investor tetap memperhatikan aspek finansial dan potensi risiko yang muncul dari situasi seperti ini. Dalam kondisi pasar yang tidak pasti, penting bagi investor untuk melakukan analisis mendalam dan memantau perkembangan terbaru secara berkala.

Kesadaran akan risiko investasi menjadi kunci utama dalam menghadapi fluktuasi pasar. Semua keputusan investasi harus didasarkan pada riset yang mendalam dan pertimbangan matang, bukan hanya terpengaruh oleh fluktuasi harga yang bersifat sementara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *