JAKARTA – Keberadaan organisasi masyarakat (ormas) kian meresahkan dunia usaha serta ekosistemnya. Kalangan buruh pun mengakui hadirnya preman ormas kerap meminta pungutan liar yang meresahkan pabrik.
Modus lain mengutip uang adalah lewat perekrutan karyawan perusahaan alias buruh PT. Mereka bermodus sebagai penyalur tenaga kerja ke pabrik dengan minta uang imbalan tak main-main.
Seperti diketahui, perusahaan memang kadang membuka kuota perekrutan pekerja baru yang dikhususkan untuk warga di sekitar pabrik atau di lokasi pabrik itu beroperasi.
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan ormas untuk mendapatkan uang dengan cara perekrutan melewati jalurnya. Mereka mengaku bisa memasukkan tenaga kerja ke pabrik. Nilainya pun mencapai puluhan juta rupiah.
“Ormas itu tidak hanya ketika ada acara, untuk masukin kerja. Itu sudah dari dulu, minta antara Rp 15 sampai Rp 25 juta,” ungkap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN) Ristadi kepada wartawan, Kamis 6 Maret 2025.
“Misal untuk satu orang cewek dikenakan Rp 15 juta, yang cowok Rp 25 juta,” sambung dia.
Sayangnya ‘pejabat wilayah’ seperti ketus RT-RW yang seharusnya berperan untuk menenangkan terkadang justru turut serta, bahkan satu sindikat atau bersekongkol dengan ormas.
“Tidak hanya ormas, kolaborasi mungkin ada backingan RT-RW setempat, kan harus ada KTP lingkungan terdekat jadi warga sekitar yang untuk direkrut,” sebut Ristadi.
Preman Ormas Biasa Peras Calon Buruh PT Sampai Puluhan Juta, Ngaku Bisa Masukkan Karyawan
