Program Makan Bergizi Gratis Berdampak Positif pada Siswa Sekolah
JAKARTA – Pagi di SMP Negeri 299 Jakarta terasa riuh dengan kehadiran siswa-siswi yang bergerombol sambil menikmati makanan. Beberapa dari mereka duduk bersama, sementara yang lain tampak senang memperlihatkan kotak makan yang berisi lauk berbeda setiap harinya.
Sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan, suasana sekolah ini terasa lebih hidup dan penuh semangat.
Kepala Sekolah SMP Negeri 299 Jakarta, Gunawan Achmad, menyatakan bahwa pelaksanaan MBG berjalan lancar tanpa kendala berarti. Ia mengungkapkan bahwa sejauh ini tidak ada masalah yang signifikan dalam penerapan program tersebut. “Sejauh ini sepengetahuan saya tidak ada,” ujarnya singkat.
Program MBG dimulai sejak 6 Agustus 2025. Meski baru berjalan sebulan lebih, manfaatnya sudah mulai terasa bagi siswa. Menurut Gunawan, kecukupan gizi sangat penting untuk pertumbuhan fisik maupun perkembangan otak siswa.
“Mungkin juga ya sedikit banyak terbantu secara itu ya. Di samping itu, kita harus akui bahwa yang namanya kecukupan gizi ini kan sangat berbanding lurus dengan apakah itu pertumbuhan fisik maupun perkembangan otaknya,” katanya.
Ia menambahkan bahwa menu makan bergizi yang disiapkan setiap hari turut mendorong semangat belajar siswa.
“Kalau pemerintah dalam hal ini, dapur gizi ya, sudah memberikan setiap hari ya, rutin setiap hari ya menu yang cukup untuk gizinya setiap hari di sekolah, sedikit banyak ini akan membantu yang tadi perkembangan otak maupun pertumbuhan badan anak,” jelasnya.
Gunawan berharap dalam jangka panjang, program ini dapat meningkatkan prestasi siswa.
“Mudah-mudahan nih kalau ini bisa berlangsung terus dalam durasi satu tahun, itu bisa kelihatan. Baik itu pertumbuhan fisik anak akan semakin tumbuh dan bagus. Di samping juga perkembangan otaknya juga akan semakin meningkat. Ini harapan kita,” ucapnya.
Bagi para siswa, program ini bukan hanya tentang kecukupan gizi, tetapi juga membawa kebahagiaan tersendiri. “Kecuali ada rasa senang lah dari anak karena dikasih makan gratis,” imbuh Gunawan sambil tersenyum.
Soal variasi menu, pihak sekolah memastikan setiap hari berbeda. “Ganti. Ada burger, ada pokoknya yang lain. Hari ini burger ya. Susunya juga dapat dua kali seminggu. Kalau ada burger biasanya dikasih susu. Hari Senin misalnya apa itu beda-beda. Setiap hari itu pasti beda,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, masukan dari siswa juga menjadi bahan pertimbangan dapur gizi. “Dan dari dapur gizinya juga kan minta ini ya, masukkan ke sekolah. Misalnya kira-kira lauknya apa yang cocok untuk anak gitu. Dari request-request anak juga kita sampaikan,” tambahnya.
Hingga kini, hampir semua menu yang disajikan habis disantap. Kalaupun ada sisa, mekanismenya sudah jelas. “Kalau mekanismenya ketika ada yang tidak hadir anak itu akan dikembalikan utuh ke dapur gizi. Nanti mereka yang akan mengelola terserah seperti apa kita tidak tahu. Yang pasti dikembalikan, termasuk anak yang tidak mau,” terang Gunawan.
Sementara itu, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat masih terus berkomitmen mengawal program besar Presiden Prabowo Subianto tersebut. Berdasarkan data yang diterima, total penerima manfaat program MBG saat ini berjumlah 17.349 siswa yang terdiri dari 47 Sekolah.
“Sementara di Jakarta Barat segitu, kan bertahap (seiring berjalannya program MBG),” kata Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto.
Program MBG bukan hanya bertujuan meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas, dan tangguh dalam menghadapi tantangan global di era digital.
Di tengah pesatnya arus informasi, ancaman terhadap kelompok rentan—terutama anak-anak—kian nyata, seperti konten berbahaya, manipulatif, hingga eksploitasi digital.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) telah mewajibkan platform digital untuk menyediakan fitur pembatasan usia.
Menteri Komdigi Meutya Hafid mengungkapkan bahwa PP Tunas tidak hanya melindungi anak-anak, tetapi menciptakan ruang digital yang aman untuk semua pengguna.
“Ketika keamanan ekosistem digital diperkuat, yang diuntungkan bukan hanya anak-anak tapi juga semua orang yang berada di ranah digital. Kita ingin semua pihak nyaman, karena aturannya jelas seperti aturan main di pasar,” jelasnya.
PP Tunas secara khusus mewajibkan setiap Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) untuk menyaring konten yang berpotensi membahayakan anak-anak, menyediakan mekanisme pelaporan yang mudah diakses, serta memastikan proses remediasi yang cepat dan transparan.
Selain itu, PP ini mengatur kewajiban PSE untuk memverifikasi usia pengguna dan menerapkan pengamanan teknis yang dapat memitigasi risiko paparan konten negatif. Bagi pelanggar, PP Tunas menetapkan sanksi administratif hingga pemutusan akses terhadap platform yang tidak patuh.
Dengan dasar hukum yang jelas dan mekanisme pengawasan yang diperkuat, PP Tunas diharapkan menjadi fondasi bagi ekosistem digital Indonesia yang lebih aman, beretika, dan berpihak kepada kepentingan nasional.