Rais Aam dan Ketum PBNU Diusulkan Mundur, Tokoh NU: Serahkan Mandat ke Ahlul Halli Wal Aqdi

Kebangkitan Baru NU Minta Pemimpin PBNU Mundur

JAKARTA – Gerakan Kebangkitan Baru Nahdlatul Ulama (NU) menyerukan agar Rais Aam dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap konflik internal yang semakin memburuk di tubuh organisasi tersebut. Gerakan ini berharap dengan pergantian kepemimpinan, masalah yang ada dapat segera diselesaikan.

Inisiator Gerakan Kebangkitan Baru NU, Herry Haryanto Azumi, menyatakan bahwa penyerahan mandat kepada Ahlul Halli Wal Aqdi adalah solusi terbaik untuk mengakhiri perbedaan dan menjaga keutuhan organisasi. Ia menilai bahwa pengambilan keputusan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi akan membantu menghindari konflik yang terus berlarut-larut.

Dalam sebuah konferensi pers di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Herry menyampaikan bahwa permintaan ini dilakukan secara hormat kepada Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Ia menekankan bahwa jalan keluar dari konflik saat ini adalah dengan menyerahkan mandat kepada pihak yang lebih netral dan mampu menjaga stabilitas organisasi.

Herry juga menyoroti risiko yang bisa terjadi jika konflik tidak segera diatasi. Menurutnya, perpecahan dalam internal NU bisa berdampak luas, tidak hanya bagi organisasi, tetapi juga bagi umat dan bangsa. Ia mengingatkan bahwa jika tidak segera diperbaiki, masa depan NU dan negara bisa terancam.

Peran Ahlul Halli Wal Aqdi dalam Solusi Konflik

Untuk menghindari perpecahan yang lebih besar, Herry menyerukan kepada seluruh jajaran pengurus NU, baik tingkat wilayah maupun cabang, untuk mengikuti arahan dari Ahlul Halli Wal Aqdi. Ia menilai bahwa konsolidasi dan kebersamaan dalam mencari solusi merupakan langkah penting untuk menjaga soliditas organisasi.

Ia menekankan bahwa semua pihak harus bekerja sama untuk menghindari konflik yang bisa merusak struktur organisasi. Dengan mengikuti petunjuk Ahlul Halli Wal Aqdi, diharapkan dapat tercipta kesepahaman yang lebih baik antara berbagai pihak di dalam NU.

Tidak Ada Ruang untuk Dualisme Kepengurusan

Herry juga menegaskan bahwa tidak boleh ada ruang bagi munculnya dualisme kepengurusan di tubuh NU. Menurutnya, dukungan terhadap dualisme sama saja dengan mendukung perpecahan organisasi. Ia menyarankan agar semua pihak bersatu dan menjaga prinsip kesatuan untuk menghindari situasi yang bisa memicu konflik.

Ia menegaskan bahwa setiap anggota NU harus sadar akan tanggung jawab mereka dalam menjaga keutuhan organisasi. Dengan kesadaran ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang harmonis dan saling mendukung dalam menjalankan visi serta misi NU.

Kesimpulan

Konflik internal di tubuh PBNU membutuhkan solusi yang cepat dan efektif. Gerakan Kebangkitan Baru NU berharap dengan pergantian kepemimpinan dan pengambilan keputusan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi, masalah yang terjadi dapat segera terselesaikan. Dengan kerja sama dan kesadaran kolektif, NU dapat tetap menjadi organisasi yang kuat dan stabil.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *