Razia 300 Pekerja Korsel Hentikan Proyek Rp 70 T

Penahanan Pekerja Asing di AS Memicu Kekhawatiran dan Perubahan Kebijakan

JAKARTA – Penggerebekan imigrasi yang terjadi di Georgia, Amerika Serikat (AS), telah mengakibatkan penahanan lebih dari 300 pekerja asal Korea Selatan.

Kejadian ini menimbulkan reaksi luas baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat internasional. Wakil Menteri Luar Negeri AS, Christopher Landau, menyampaikan penyesalan atas insiden tersebut.

Para pekerja yang sebelumnya diborgol di tangan dan kaki akhirnya dipulangkan ke Seoul melalui penerbangan charter. Sebelumnya, Presiden Donald Trump sempat menahan mereka dan menawarkan kesempatan bagi sebagian dari mereka untuk tetap tinggal di AS guna melatih tenaga kerja lokal. Namun, keputusan tersebut tidak diambil oleh kebanyakan pekerja.

Ratusan Pekerja Korsel Pulang

Sebanyak 316 warga Korea Selatan, bersama belasan pekerja asal China, Jepang, dan Indonesia, dipulangkan dari pusat detensi imigrasi di Folkston, Georgia. Mereka ditangkap dalam razia besar-besaran yang dilakukan pada 4 September 2025 di pabrik baterai hasil kerja sama antara Hyundai dan LG Energy Solution.

Kedatangan mereka di Bandara Incheon, Korea Selatan, pada Jumat (12/9/2025) disambut dengan suasana haru. Salah satu pekerja mengungkapkan rasa syukur setelah bebas dari tahanan. Meskipun begitu, banyak dari mereka masih mengalami trauma.

Jang Yeong-seon, salah satu pekerja yang ditahan, menyatakan bahwa tidak ada yang benar-benar ingin tetap tinggal di AS meskipun diberi kesempatan oleh Trump.

Pengalaman Buruk di Pusat Detensi

Beberapa pekerja menggambarkan kondisi buruk di pusat detensi. Salah satunya mengungkapkan bahwa mereka harus berbagi ruangan dengan toilet yang berada tepat di samping tempat makan dan tidur. Pengalaman ini memberikan gambaran tentang kondisi yang tidak layak bagi para pekerja asing.

Tindakan Trump yang Menimbulkan Kontroversi

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menyebutkan bahwa Trump sempat menghentikan proses keberangkatan para pekerja untuk memastikan apakah mereka ingin tetap tinggal di AS. Hanya satu orang yang memilih bertahan karena memiliki kerabat di sana.

Langkah Trump ini dinilai bertolak belakang dengan pernyataannya sebelumnya, ketika ia mendesak perusahaan asing agar menghormati hukum imigrasi dan lebih banyak mempekerjakan tenaga kerja lokal.

Setelah itu, Trump memberikan klarifikasi melalui media sosial bahwa pekerja asing tetap diperlukan untuk melatih tenaga kerja Amerika. Ia juga menegaskan bahwa tindakan penahanan pekerja Korea Selatan bukan dimaksudkan untuk menakut-nakuti investor asing.

Dampak Ekonomi dan Kekhawatiran Investasi

Razia imigrasi ini memicu kekhawatiran besar di Korea Selatan. Presiden Lee Jae Myung menyebut penahanan massal sebagai “membingungkan” dan bisa memengaruhi keputusan investasi di masa depan. Ia khawatir perusahaan-perusahaan Korea akan meragukan keuntungan dari mendirikan pabrik di AS.

Ahli ekonomi Ryu Yongwook menilai sikap AS kontradiktif. Ia menyarankan pemerintah AS untuk menyusun kebijakan imigrasi yang lebih jelas dan sejalan dengan dorongan investasi asing.

Razia ini juga menyebabkan proyek pabrik baterai senilai 4,3 miliar dollar AS (sekitar Rp 70 triliun) di Georgia tertunda. Proyek ini sebelumnya diharapkan menciptakan 8.500 lapangan kerja.

Selain itu, sedikitnya 22 proyek lain yang melibatkan perusahaan Korea di sektor otomotif, baja, hingga semikonduktor juga tertunda akibat insiden ini.

Jalan Keluar yang Ditawarkan

Untuk mengatasi masalah ini, Korea Selatan meminta AS memperjelas aturan visa dan menciptakan kategori baru untuk teknisi asal Korsel. Menteri Luar Negeri Cho Hyun menyatakan bahwa kedua negara sepakat membentuk kelompok kerja.

Mereka akan membahas berbagai langkah, termasuk membuat kategori visa baru, kuota baru, dan upaya agar proses visa lebih mudah.

Christopher Landau berjanji akan mempercepat pembicaraan visa. Ia menegaskan bahwa para pekerja asal Korea Selatan tidak akan menghadapi hambatan bila ingin kembali masuk ke AS di masa mendatang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *