Serangan Tikus Hancurkan Dua Musim Tanam Padi di Ngawi

Petani di Ngawi Mengalami Kegagalan Panen Berulang Akibat Serangan Hama Tikus

NGAWI – Petani di Dusun Jeruk Gulung, Desa Patalan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, menghadapi tantangan berat dalam usaha pertanian mereka.

Dua kali musim tanam padi berjalan dengan nasib yang sama, yaitu kegagalan panen akibat serangan hama tikus. Hal ini membuat para petani terus-menerus mengalami kerugian dan memicu perubahan strategi dalam menjalankan usaha tani mereka.

Pardi, salah satu petani setempat, menjelaskan bahwa pada musim tanam pertama sekitar 83 hektar lahan ditanami padi, namun hasilnya gagal panen. Sementara itu, pada musim tanam kedua, sebanyak 21 hektar lahan juga mengalami nasib serupa.

“Kami sudah dua kali tanam dan dua kali gagal panen,” ujar Pardi saat dikonfirmasi.

Serangan hama tikus mulai terjadi sejak awal tahun, sehingga puluhan hektar lahan tidak dapat dipanen. Akibatnya, banyak petani memilih untuk tidak menanam padi sementara waktu karena tidak mampu menghadapi ancaman tersebut.

Untuk menghindari kegagalan yang sama, para petani memutuskan beralih dari menanam padi menjadi menanam tebu. “Sudah dua kali kami gagal panen padi. Makanya kami sekarang ganti tanam tebu,” tambah Pardi.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Ngawi, Supardi, mengatakan bahwa dinasnya telah menerima laporan tentang serangan hama tikus di Dusun Jeruk Gulung sejak Juli lalu. Dari total 83 hektar lahan yang ada, sebanyak 63 hektar dibiarkan tidak ditanami karena sebelumnya gagal panen.

Supardi menyebutkan bahwa serangan hama tikus lebih sering terjadi di daerah pegunungan seperti Desa Patalan. Untuk mengendalikan hama tersebut, petugas DKPP bersama kelompok tani telah melakukan berbagai upaya, termasuk gerakan pengendalian hama (gerdal), pembuatan rumah burung hantu, serta pembuatan umpan racun.

Namun, kondisi sawah di Desa Patalan yang memiliki terasering membuat populasi tikus sulit dikendalikan. “Kondisi sawah di Desa Patalan membuat populasi tikus lebih sulit dikendalikan dibanding lahan dataran rendah,” jelas Supardi.

Untuk membantu petani, DKPP akan memberikan bantuan berupa benih padi dan pupuk organik cair yang terbuat dari urine sapi dan kelinci. Pupuk ini diharapkan dapat mengurangi serangan hama tikus karena tikus tidak menyukai bau tidak sedap yang timbul dari bahan-bahan tersebut.

Dengan langkah-langkah yang dilakukan, diharapkan para petani dapat kembali stabil dalam menjalankan usaha pertanian mereka. Namun, tantangan tetap ada, dan perlu adanya dukungan yang lebih besar agar kegagalan panen bisa diminimalisir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *