Penyebab dan Cara Mengatasi Keringat Berlebihan
Berkeringat adalah respons alami tubuh untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil, terutama saat cuaca panas atau melakukan aktivitas fisik. Keringat yang keluar dari pori-pori kulit membantu mendinginkan tubuh melalui proses penguapan.
Dalam kondisi normal, tubuh memproduksi sekitar 1-2 liter keringat per hari, tergantung pada aktivitas dan lingkungan. Proses berkeringat ini diatur oleh sistem saraf otonom, yang bekerja secara otomatis tanpa kita sadari.
Namun, ada kalanya tubuh menghasilkan keringat dalam jumlah berlebihan bahkan tanpa adanya pemicu seperti panas atau aktivitas fisik yang intens. Kondisi ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan menurunkan kualitas hidup seseorang.
Keringat berlebihan yang tidak normal biasanya terjadi di bagian tubuh seperti telapak tangan, kaki, ketiak, atau wajah. Produksi keringat yang melebihi batas normal disebut dengan hiperhidrosis.
Hiperhidrosis merupakan kondisi medis yang ditandai dengan produksi keringat yang berlebihan dan tidak terkontrol, bahkan saat tubuh tidak memerlukan pendinginan. Penderita hiperhidrosis dapat mengeluarkan keringat 4-5 kali lebih banyak dari orang normal dalam kondisi yang sama.
Kondisi ini sering kali menimbulkan ketidaknyamanan fisik dan beberapa orang mengalami masalah psikologis seperti rasa malu, cemas, dan penurunan kepercayaan diri. Hiperhidrosis sebenarnya bisa terjadi pada siapa saja, namun lebih sering dimulai pada masa remaja atau awal dewasa.
Berdasarkan informasi yang tersedia, hiperhidrosis dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
1. Hiperhidrosis Fokal Primer
Jenis hiperhidrosis ini merupakan gangguan kulit kronis yang disebabkan oleh perubahan genetik atau mutasi yang diturunkan dari keluarga. Kondisi ini adalah tipe hiperhidrosis yang paling umum ditemukan dan biasanya menyerang area spesifik seperti ketiak, telapak tangan, kaki, dan wajah. Hiperhidrosis ini umumnya mulai muncul sebelum usia 25 tahun dan cenderung berlangsung sepanjang hidup.
2. Hiperhidrosis Umum Sekunder
Hiperhidrosis sekunder dapat terjadi akibat kondisi medis tertentu atau efek samping penggunaan obat-obatan. Beberapa penyakit yang dapat memicu kondisi ini meliputi diabetes mellitus, penyakit Parkinson, hipertiroidisme, dan gangguan hormonal lainnya.
Obat-obatan seperti naproxen dan beberapa jenis antidepresan juga dapat menyebabkan keringat berlebihan. Bahkan, pada beberapa kasus, hiperhidrosis sekunder bisa membuat penderitanya berkeringat berlebihan saat sedang tidur.
Meskipun hiperhidrosis tidak mengancam jiwa, kondisi ini tetap memerlukan penanganan medis jika sudah sangat mengganggu kualitas hidup seseorang.
Ada beberapa pilihan pengobatan yang tersedia, mulai dari terapi sederhana hingga prosedur medis yang lebih kompleks. Pemilihan cara pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan, lokasi keringat berlebih, dan respons terhadap terapi sebelumnya.
1. Terapi Obat-obatan
Kamu dapat mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter, termasuk anticholinergic agents seperti glycopyrrolate dan oxybutynin untuk mengurangi keringat berlebihan. Obat antidepresan dan beta-blocker juga dapat digunakan untuk mengontrol keringat yang dipicu oleh kecemasan atau stres.
Selain obat oral, ada juga produk seperti tisu obat yang mengandung glycopyrronium tosylate dan gel aluminium klorida yang dapat dioleskan langsung pada area bermasalah.
2. Terapi Medis Lanjutan
Jika obat-obatan yang telah diresepkan tidak memberikan hasil yang memuaskan, dokter mungkin akan merekomendasikan terapi medis lanjutan. Metode seperti iontophoresis, yaitu merendam tangan atau kaki dalam bak berisi air lalu dialirkan arus listrik dengan intensitas rendah, dapat menghambat fungsi kelenjar keringat.
Suntikan botulinum toxin (botox) juga dapat digunakan untuk menghentikan produksi keringat di area tertentu selama kurang lebih 6-12 bulan.
3. Prosedur Operasi
Untuk beberapa kasus yang tidak merespons terapi konservatif, dokter akan menyarankan tindakan operasi sebagai pilihan terakhir. Endoscopic Thoracic Sympathectomy (ETS) merupakan prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan memotong atau menjepit saraf simpatis untuk menghentikan sinyal berkeringat.
Selain itu, ada juga prosedur lain seperti pengangkatan kelenjar keringat, yang bisa dilakukan menggunakan laser, eksisi, kuretase, atau liposuction.
Hiperhidrosis merupakan kondisi medis yang masih dapat diobati dengan berbagai pilihan yang tersedia saat ini. Oleh karena itu, tidak perlu merasa malu lagi ketika kamu mengalami kondisi ini. Segeralah menghubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang sesuai dengan kondisi yang kamu alami.