Penyelesaian Studi Teknis CCS dalam Proyek Gas Abadi Blok Masela
SKK Migas dan INPEX Masela Ltd. telah menyelesaikan studi teknis terkait Carbon Capture and Storage (CCS) dalam proyek lapangan gas Abadi Blok Masela. Studi ini bertujuan untuk memastikan kesiapan bawah permukaan atau subsurface sebelum teknologi tersebut diimplementasikan dalam proyek migas tersebut.
Deputi Eksploitasi SKK Migas, Taufan Marhaendrajana, menyebut penyelesaian studi ini sebagai langkah penting dalam perancangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang sesuai dengan karakteristik geologi wilayah Maluku. “Hasil studi ini menjadi dasar penting bagi tahap lanjutan proyek agar tetap sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan perlindungan lingkungan,” ujarnya.
Studi CCS ini digarap oleh SKK Migas dan INPEX dengan bekerja sama dengan Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB). Taufan menjelaskan bahwa studi CCS ini menjadi bagian dari komitmen Proyek Abadi untuk mendukung target Net Zero Emission sekaligus meningkatkan daya saing proyek di tingkat global.
Teknologi CCS berfungsi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon dioksida (CO₂) dari hasil produksi gas, sehingga operasi lapangan migas tetap ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan selesainya studi tersebut, INPEX kini siap melanjutkan proyek ke tahap Front End Engineering Design (FEED).
Executive Project Director INPEX Masela Ltd., Jarrad Blinco, mengatakan studi ini merupakan komitmen perusahaan dalam mendukung transisi energi bersih. “Proyek LNG Abadi akan menjadi proyek pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi CCS, yang tidak hanya menekan emisi karbon tetapi juga memastikan pasokan energi bagi negara,” kata Blinco.
Studi CCS yang dimulai sejak 2022 itu dilakukan untuk meninjau kesiapan bawah permukaan dan memperkirakan kapasitas penyimpanan CO₂. Penelitian lanjutan pada 2024–2025 meliputi analisis laboratorium, pemodelan geomekanika 3D, serta simulasi 4D coupled flow-geomechanics guna memahami risiko dan perilaku injeksi karbon di bawah tanah.
Sebelumnya, pemerintah meresmikan dimulainya tahap FEED untuk Proyek Lapangan Gas Abadi Blok Masela di Laut Arafura pada 28 Agustus 2025. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, menyatakan pemerintah mendukung penuh percepatan proyek ini melalui penyederhanaan regulasi dan perizinan agar semua tahapan dapat selesai tepat waktu.
Blok Masela dikelola oleh INPEX Masela Ltd., yang menunjuk PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor utama tahap FEED bersama dua perusahaan EPC global, KBR dan Samsung Engineering & Construction.
Proyek strategis nasional ini ditargetkan memproduksi 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 MMSCFD gas pipa, dan 35 ribu barel kondensat per hari. Fasilitas LNG darat juga akan dilengkapi teknologi CCS untuk menekan emisi karbon, sekaligus mendukung target pengurangan emisi nasional.
Menurut Yuliot, proyek ini diharapkan memperkuat ketahanan energi, mengurangi ketergantungan impor, serta memberi manfaat langsung bagi masyarakat lokal. “Proyek Masela harus menciptakan lapangan kerja, memberdayakan pelaku usaha daerah, dan memastikan masyarakat sekitar ikut merasakan manfaatnya secara nyata,” ujarnya.
Blok Masela memiliki luas area kurang lebih 4.291,35 km² yang berlokasi di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau sekitar 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter.
Lewat proyek tersebut, Blok Masela berpotensi memproduksi gas 1.600 juta standar kubik per hari (MMSCFD) atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun, 150 juta standar kaki kubik per hari gas pipa, dan sekitar 35 ribu barel kondensat per hari, dengan target operasional pada kuartal IV 2029.
LNG merupakan gas bumi yang telah didinginkan sampai suhu -162 derajat celcius, mengubahnya dari gas menjadi bentuk cair dan mengurangi volumenya sampai 600 kali lebih kecil. Proses inilah yang membuat gas bumi jadi lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan.
LNG digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik dan bahan baku industri. Selain itu, dengan adanya LNG, emisi CO₂ dapat berkurang sekitar 25 persen, emisi NOX berkurang 90 persen, serta tidak ada emisi sulfur, debu, dan partikel lain.
Selain untuk pengembangan dan produksi gas bumi lapangan Blok Masela, pembangunan pelabuhan kilang gas alam cair itu juga ditujukan untuk penyediaan sarana dan prasarana termasuk memfasilitasi perpindahan barang, suku cadang, peralatan dan hasil olahan gas bumi.
Adapun kontrak Blok Masela sudah ditandatangani sejak 16 November 1998 silam dan harusnya berakhir pada November 2028 atau selama 30 tahun. Namun, kontraktor kontrak kerja sama Blok Masela telah mendapatkan kompensasi waktu tujuh tahun ditambah perpanjangan kontrak selama 20 tahun, sehingga kontrak akan berakhir pada 15 November 2055.












