Subsidi Berakhir, Penjualan Mobil Turun di Tiongkok

Penurunan Penjualan Mobil di Tiongkok pada Oktober 2025

JAKARTA – Pada bulan Oktober 2025, penjualan mobil penumpang di Tiongkok mengalami penurunan setelah delapan bulan berturut-turut mengalami pertumbuhan. Angka ini menunjukkan perubahan signifikan dalam dinamika pasar otomotif negara tersebut.

Penurunan ini disebabkan oleh penghentian bertahap dari program subsidi tukar tambah mobil lama, yang sebelumnya menjadi salah satu faktor utama yang mendorong permintaan konsumen.

Data resmi dari China Passenger Car Association (CPCA) menunjukkan bahwa penjualan mobil turun sebesar 0,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu Oktober 2024.

Total penjualan mencapai 2,27 juta unit, jauh di bawah ekspektasi awal yang memperkirakan pertumbuhan sekitar 6 persen. Hal ini menandai berakhirnya tren positif yang selama ini didorong oleh insentif pemerintah dan program subsidi.

Penghentian Bertahap Subsidi Tukar Tambah

Pemerintah Tiongkok mulai menghentikan secara bertahap program subsidi tukar tambah mobil lama pada tahun 2025. Program ini memberikan insentif kepada konsumen untuk menukar kendaraan lama mereka dengan mobil baru yang lebih efisien.

Subsidi yang diberikan mencapai 15 ribu yuan (sekitar Rp35,1 juta) untuk mobil konvensional dan 20 ribu yuan (sekitar Rp46,8 juta) untuk mobil listrik. Namun, mulai tahun ini, pemerintah mengurangi besaran subsidi tersebut.

Pada Juli 2025, pemerintah merilis dana tambahan untuk mendukung program tukar tambah, tetapi jumlahnya lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa kota besar seperti Shanghai mulai menghentikan subsidi tukar tambah pada akhir 2025, yang berdampak langsung pada penurunan permintaan mobil baru.

Dampak terhadap Industri dan Produsen Mobil

Penurunan penjualan mobil di Tiongkok memiliki dampak langsung terhadap industri dan produsen mobil, baik merek lokal maupun internasional. Pada Oktober 2025, penjualan mobil listrik dan hybrid plug-in hanya tumbuh sebesar 7,3 persen, jauh di bawah pertumbuhan 15,5 persen pada September 2025.

Beberapa produsen mobil, seperti Xiaomi, Nio, dan Li Auto, mulai menawarkan subsidi sendiri hingga 15 ribu yuan (Rp35,1 juta) untuk mendorong konsumen memesan mobil pada 2026, saat insentif pemerintah akan semakin berkurang.

Menurut Cui Dongshu, Sekretaris Jenderal CPCA, penjualan mobil secara grosir (ke dealer) memang melampaui ekspektasi pada pekan terakhir Oktober 2025, tetapi penjualan ritel ke konsumen tidak sebesar itu karena dealer menambah stok inventaris.

Perkembangan Ekspor Mobil Tiongkok

Di sisi lain, ekspor mobil Tiongkok terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Dalam waktu 10 bulan, ekspor mobil Tiongkok mencapai nilai sebesar Rp1,8 kuadriliun.

Namun, situasi ini juga menghadapi tantangan, terutama dari tarif impor yang diberlakukan oleh beberapa negara. Misalnya, Meksiko menaikkan tarif mobil Tiongkok hingga 50 persen, yang berpotensi memengaruhi arus ekspor.

Selain itu, separuh dari mobil Tiongkok akan terdampak oleh kebijakan tarif ini, yang dapat memengaruhi strategi ekspor dan produksi di masa depan. Kebijakan ini juga bisa memicu perubahan dalam pola bisnis dan investasi oleh produsen mobil Tiongkok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *