Peringatan Cuaca Tak Panas yang Berpotensi Terjadi Hingga November 2025
JAKARTA – BMKG telah mengeluarkan peringatan terkait cuaca tak panas yang berpotensi terjadi hingga November 2025. Dalam hal ini, para ahli menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap risiko heatstroke akibat kondisi iklim yang tidak biasa.
Ardhi Adhary Arbain, peneliti Ahli Muda Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, menjelaskan bahwa heatstroke adalah gangguan yang terjadi ketika suhu tubuh meningkat secara drastis karena kelebihan panas. Hal ini bisa terjadi jika tubuh mengalami dehidrasi, terutama ketika badan dipaksa mengeluarkan cairan melalui keringat.
“Ketika udara terlalu panas, tubuh kita mencoba untuk mendinginkan diri dengan mengeluarkan keringat. Namun, jika kelembapan udara tinggi, keringat sulit menguap, sehingga efek pendinginan tidak maksimal,” jelas Ardhi.
Ia menambahkan bahwa kondisi cuaca panas hingga 36 derajat Celsius di Indonesia sangat berhubungan dengan risiko heatstroke. Kelembapan yang tinggi membuat keringat tetap menempel di kulit, seperti selimut yang menghalangi proses penguapan. Akibatnya, tubuh tidak bisa menurunkan suhu secara efektif, sehingga memicu peningkatan suhu tubuh.
Menurut Ardhi, manusia memiliki toleransi tertentu terhadap suhu. Jika suhu melebihi batas tersebut, organ tubuh seperti ginjal, hati, dan jantung dapat mengalami kegagalan. Hal ini bisa berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
Tanda-Tanda Heatstroke
Beberapa tanda-tanda seseorang mengalami heatstroke antara lain:
- Badan terasa sangat panas
- Dehidrasi yang ditandai oleh urine yang pekat
- Pusing dan mual, mirip dengan gejala demam
Ardhi juga menyarankan agar masyarakat mengambil langkah-langkah pencegahan. Beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain:
- Masuk ke ruangan yang sejuk
- Minum air dalam jumlah cukup
- Mengurangi aktivitas di luar ruangan saat cuaca sangat panas
Penyebab Cuaca Panas
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa penyebab utama cuaca panas saat ini adalah posisi gerak semu matahari yang berada di selatan ekuator pada bulan Oktober. Suhu maksimal yang tercatat mencapai 36,7 derajat Celsius.
“Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia. Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025,” ujar Guswanto.
Selain itu, faktor lain yang turut berkontribusi adalah penguatan angin timuran atau Monsun Australia. Angin ini membawa massa udara kering dan hangat, sehingga pembentukan awan minim dan radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara optimal.
Dengan kondisi cuaca yang tidak biasa ini, masyarakat diminta untuk lebih waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan guna menghindari risiko kesehatan yang serius, termasuk heatstroke.











