Inisiatif Pendanaan Jaringan Listrik ASEAN
JAKARTA – Pendanaan untuk jaringan listrik di kawasan ASEAN mendapatkan dorongan signifikan setelah Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia menyatakan komitmen untuk menyediakan dana lebih dari 12 miliar dolar AS atau sekitar 195 triliun rupiah.
Dana ini akan digunakan untuk mempercepat konektivitas listrik regional dan pengembangan energi terbarukan. Angka tersebut dihitung berdasarkan kurs 16.240 rupiah per dolar AS.
Komitmen tersebut diumumkan dalam Pertemuan Antarmuka Tingkat Menteri secara virtual tentang Mekanisme Keuangan untuk Jaringan Listrik ASEAN (APG).
Hadir dalam pertemuan tersebut perwakilan dari sepuluh negara anggota ASEAN serta Timor-Leste. Pertemuan ini menjadi momen penting dalam upaya memperkuat kerja sama antar negara di kawasan.
APGF dirancang sebagai mekanisme pendanaan yang bertujuan memberikan dukungan keuangan bagi Jaringan Listrik ASEAN (APG). APG merupakan inisiatif utama dalam Rencana Aksi ASEAN untuk Kerja Sama Energi 2026-2030.
Tujuan utamanya adalah menghubungkan jaringan listrik nasional antar negara, sehingga dapat meningkatkan keamanan energi, diversifikasi sumber pasokan, optimasi penggunaan sumber daya, serta mendorong perdagangan listrik lintas batas.
Dalam pertemuan tersebut, para menteri ekonomi dan energi, serta gubernur bank sentral membahas koordinasi antarsektor. Mereka juga meninjau rencana implementasi APGF yang disampaikan oleh ADB dan Bank Dunia.
Diskusi mencakup cara masing-masing sektor dapat berkontribusi pada pembiayaan dan memajukan konektivitas energi regional. Selain itu, mereka mempertimbangkan langkah-langkah untuk menarik modal global dalam rangka mendukung APG.
Investasi dari ADB dan Bank Dunia
Pertemuan ini menyambut baik kesiapan ADB untuk menginvestasikan hingga 10 miliar dolar AS atau sekitar 162,4 triliun rupiah dari sumber dana sendiri selama dekade berikutnya.
Dana ini akan digunakan untuk mendukung APG, termasuk interkoneksi lintas batas, penguatan jaringan domestik, serta investasi terkait energi terbarukan yang bertujuan untuk ekspor listrik.
Selain ADB, Bank Dunia juga menyatakan komitmennya melalui program “Pendekatan Programatik Multi-Fase Transisi Energi Berkelanjutan yang Dipercepat (ASET-MPA)” senilai 2,5 miliar dolar AS atau sekitar 40,6 triliun rupiah.
Program ini disetujui pada tahun 2024 dengan tujuan meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mempromosikan perdagangan listrik di kawasan.
Wakil Menteri Industri dan Perdagangan Vietnam, Nguyen Hoang Long, menyatakan bahwa Vietnam akan terus menjajaki proposal, bertukar informasi, dan mencari peluang kerja sama yang selaras dengan prioritas pembangunan negara. Hal ini dilakukan guna memajukan konektivitas listrik lintas batas.
Kesimpulan dan Pernyataan Bersama
Pertemuan akhirnya diakhiri dengan pernyataan pers bersama yang menegaskan peran APG dalam meningkatkan daya saing ekonomi, mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan, serta memperkuat keamanan energi di kawasan ASEAN.
Dengan adanya pendanaan yang signifikan dari ADB dan Bank Dunia, APG memiliki potensi besar untuk menjadi fondasi kuat dalam membangun sistem energi yang lebih efisien dan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara.