Sejarah Toyota Century: Simbol Keanggunan dan Kebanggaan Jepang
JAKARTA – Di ajang Japan Mobility Show 2025, Akio Toyoda, CEO Toyota Motor Corporation, memperkenalkan kisah mendalam tentang mobil yang menjadi simbol kebanggaan bagi banyak orang di Jepang: Toyota Century.
Lebih dari sekadar kendaraan mewah, Century menggambarkan puncak dari filosofi monozukuri Jepang—sebuah seni dalam menciptakan sesuatu dengan dedikasi, ketelitian, dan jiwa.
“Saya percaya mobil ini lahir dengan membawa Jepang di pundaknya,” ujarnya. Dari awal hingga akhir, Century tidak hanya menjadi produk perusahaan, tetapi juga representasi dari semangat bangsa Jepang yang terus berkembang.
Awal Mula yang Penuh Semangat
Kisah Century berawal dari semangat pendiri Toyota, Kiichiro Toyoda, yang pada tahun 1930-an berani melawan anggapan bahwa Jepang tidak mampu membuat mobil sendiri.
Bagi Kiichiro, tujuannya bukan hanya membangun perusahaan bernama Toyota, tetapi membangun industri otomotif Jepang secara keseluruhan. Ia percaya bahwa mobil adalah alat untuk memajukan negara dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Tiga puluh tahun kemudian, semangat itu dilanjutkan oleh Kenya Nakamura, chief engineer pertama Toyota. Ia memimpin pengembangan Century sejak tahun 1963, hanya 18 tahun setelah Perang Dunia II berakhir.
Di tengah kondisi yang masih belum stabil, Nakamura ingin menciptakan mobil mewah yang benar-benar unik dan tidak meniru gaya Eropa.
“Tradisi akan mengikuti dengan sendirinya. Mari kita ciptakan mobil mewah yang belum pernah ada sebelumnya,” katanya.
Nakamura memadukan teknologi mutakhir dengan warisan budaya Jepang, seperti ukiran logam bergaya Edo pada lambang burung phoenix dan kain brokat Nishijin-ori dari Kyoto untuk pelapis kursi.
Filosofi yang Sederhana Namun Mendalam
Filosofi Nakamura sangat sederhana namun dalam: to be like no other — bukan seperti yang lain. Ia ingin Century menjadi mobil yang memiliki ciri khas Jepang, bukan sekadar salinan dari mobil Eropa. Dengan begitu, Century menjadi simbol keanggunan dan kesederhanaan yang tak lekang waktu.
Dari generasi ke generasi, Century menjadi mobil favorit Shoichiro Toyoda, putra Kiichiro. Ia selalu memberi masukan kepada para insinyur, mulai dari kenyamanan suspensi hingga stabilitas saat mobil digunakan. Shoichiro hanya fokus pada satu mobil—Century—karena ia tahu bahwa mobil ini memiliki makna lebih dari sekadar kendaraan.
Century sebagai Simbol Kebanggaan Jepang
Bagi keluarga Toyoda, Century bukan sekadar produk, tetapi simbol dedikasi bangsa. Akio Toyoda meyakini bahwa di balik proyek Century, tersimpan semangat yang sama dengan cita-cita Kiichiro setelah perang: membangun “bangsa industri otomotif yang demokratis, berkontribusi untuk pemulihan damai Jepang dan bagi budaya dunia.”
Century pun lahir sebagai wujud kebanggaan Jepang—simbol bahwa Jepang mampu bangkit dari kehancuran dan menunjukkan keanggunan dalam kesederhanaan. Meski kini Jepang tidak lagi berada di masa “Japan as No.1”, negeri sakura menghadapi tantangan baru. Namun, Akio Toyoda justru melihat alasan baru untuk menghadirkan Century.
Harapan untuk Masa Depan
“Dalam mitologi Jepang, phoenix hanya muncul ketika dunia berada dalam kedamaian,” ujarnya. Nama Century bukan sekadar nama mobil. Ia adalah harapan tulus untuk perdamaian dunia — dan tekad untuk membentuk seratus tahun berikutnya dari Jepang.
Bagi Toyoda, Century bukan cuma soal merek di dalam Toyota Motor Corporation. Ia ingin menjadikannya merek yang membawa semangat Jepang ke dunia dan membuatnya sebagai simbol kebanggaan, keindahan, dan ketenangan yang tak lekang waktu.
“Atau seperti kata Nakamura, to be like no other,” katanya. Century bukan hanya masa lalu Jepang. Bagi Toyoda, mobil ini adalah awal dari seratus tahun berikutnya.












