BREBES – Pedagang beras di Kabupaten Brebes mengaku terdampak imbas adanya penggelontoran bantuan cadangan pangan dari pemerintah. Kondisi tersebut diperparah dengan harga gabah yang tak sebanding dengan harga jual beras di pasaran.
Sejumlah pedagang beras di lapak dadakan yang ada di sekitar Pasar Induk Kabupaten Brebes bahkan mengeluhkan omset penjualan beras menurun. Omset penjualan mereka sangat anjlok, setelah pemerintah menggeontorkan bantuan pangan berupa beras.
Selain penjulan lesu, pedagang mengaku ketetapan harga jual beras menjadi kacau. Kondisi tersebut diperparah dengan perbandingan harga pasaran gabah saat ini. Mereka menyebut harga gabah saat ini cukup mahal, yakni di kisaran Rp 8.000 per kilogram.
Pedagang beras merasa kesulitan untuk menentukan harga jual yang ideal, agar memperoleh keuntungan. Pasalnya, dalam hasil panen satu kwintal gabah kering saat ini, yang kondisi bagus hanya manghasilkan sekitar 60-65 kilogram beras.
“Penjualan memang sangat berkurang drastis. Biasanya jam 12 siang ini saya sudah pulang. Beberapa hari terakhir ini kurang laku karena beras bansos sudah turun,” kata Narsip, pedagang beras di Pasar Induk Brebes, Jumat 15 Agustus 2025.
Narsip pun khawatir barang dagangannya tak laku hingga beberapa bulan ke depan, seiring dengan digelontorkannya beras bantuan pemerintah. Jika pun laku, pembeli sengaja membeli beras untuk dioplos dengan beras bantuan agar rasanya lebih enak untuk dikonsumsi.
“Kalau ada yang beli juga biasanya buat dioplos dengan beras bantuan. Kata pembeli, kualitas beras bantuan kurang bagus jadi dioplos. Kalau tidak dioplos katanya nasinya pera,” tambahnya.
Dia menyebutkan, bantuan berupa beras dinilai kurang efektif. Apalagi kualitas berasnya rendah, sehingga banyak penerima manfaat yang tidak dikonsumsi. Kebanyakan beras bantuan dijual kembali kepada oknum untuk dijadikan beras oplosan.
“Nggak semua warga yang menerima bantuan itu berasnya dimakan. Banyak juga yang dijual lagi,” tutup Narsip.