Ringkasan Berita Terpopuler Kemarin
Berbagai peristiwa penting dari dunia ekonomi, bisnis, dan hiburan berhasil menarik perhatian publik sepanjang hari. Kami merangkum informasi terkini yang paling relevan agar Anda tetap update. Ringkasan ini mencakup berita-berita yang menarik untuk dibaca kemarin, termasuk wacana mengenai pengambilan paksa 51% saham BCA yang mengemuka dan dampak potensialnya menurut para ekonom. Selain itu, kami juga menyoroti adanya target harga baru bagi saham PTRO dan RAJA usai mereka mencaplok Grup Hafar. Pergerakan IHSG yang melemah 0,09% di tengah rontoknya saham-saham perbankan besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI juga menjadi sorotan utama.
Tidak hanya itu, pengumuman BEI mengenai delapan perusahaan yang bakal IPO, termasuk empat emiten jumbo, turut menambah daftar informasi penting. Dari dunia hiburan, prestasi film Merah Putih: One for All yang sukses meraih 2.276 penonton dan rencana sekuelnya tahun depan juga tidak luput dari perhatian. Semua berita ini menawarkan perspektif mendalam tentang dinamika kemarin dan patut Anda simak.
Wacana Pengambilan Paksa 51% Saham BCA Mengemuka, Ekonom Ungkap Dampaknya
Wacana pengambilalihan paksa 51% saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) oleh negara menjadi sorotan di kalangan investor pasar modal karena melibatkan emiten perbankan raksasa. Peneliti Departemen Ekonomi Centre For Strategic and International Studies (CSIS), Riandy Laksono, menegaskan langkah ini sebaiknya tidak dilakukan karena dinilai tidak relevan.
Menurut Riandy, kompetisi sehat adalah sumber pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan, yang akan terganggu jika semua bank dimiliki pemerintah. Kinerja dan pelayanan Bank BCA yang bagus mendorong persaingan sehat antarbank, menguntungkan konsumen serta meningkatkan penerimaan pajak negara. Wacana pengambilalihan ini, yang digagas beberapa tokoh dan didukung partai politik, berkaitan dengan masa lalu Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pascakrisis 1998 dan pelepasan saham oleh pemerintah sebelumnya.
Alih-alih pengambilalihan, Riandy menyarankan pemerintah fokus pada program tepat guna dan rasionalisasi anggaran lainnya; untuk mengetahui lebih lanjut program apa saja yang sebaiknya jadi prioritas.
Target Baru Harga Saham PTRO dan RAJA Usai Caplok Grup Hafar
PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) secara resmi mengakuisisi Hafar Group, sebuah perusahaan di bidang Engineering, Procurement, Construction & Installation (EPCI) serta layanan pelayaran untuk industri migas. Petrosea mengakuisisi 51% saham dua anak usaha Hafar senilai total Rp 399,86 miliar, sementara Rukun Raharja mengambil 49% saham dua entitas yang sama tanpa menjelaskan nilainya.
Akuisisi ini menegaskan ekspansi kedua emiten ke sektor EPCI lepas pantai dan perkapalan untuk mendukung industri migas nasional. Aksi korporasi ini telah memicu revisi target harga saham PTRO dan RAJA oleh analis, dengan Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan “accumulative buy” dan menetapkan target harga optimis. Presiden Direktur Petrosea menyatakan komitmen perusahaan untuk memperkuat kapabilitas EPCI lepas pantai secara terintegrasi, sementara Presiden Direktur Rukun Raharja melihat akuisisi ini sebagai bagian strategi ekspansi portofolio hingga 2025.
Dengan kolaborasi strategis dan prospek pertumbuhan yang dijanjikan, bagaimana langkah konkret kedua emiten ini untuk mengoptimalkan eksekusi proyek-proyek migas besar di masa depan?
Film Merah Putih: One for All Raih 2.276 Penonton, Akan Buat Sekuel Tahun Depan
Film “Merah Putih: One for All” mencatat 2.276 penonton dalam lima hari penayangan, rata-rata sekitar 400 penonton per hari di 10 bioskop XXI dan Sam’s Studio sejak premier 14 Agustus. Meskipun demikian, film animasi ini menerima rating yang sangat rendah, yakni 1 dari 10 bintang di IMDb, berdasarkan penilaian tiga ribu pengguna. Menanggapi hal tersebut, sutradara Endiarto menyatakan tekadnya untuk membuat sekuel film tersebut tahun depan.
Endiarto memiliki visi jangka panjang untuk menjadikan film “Merah Putih” sebagai kontribusi tahunan setiap 17 Agustus, dengan tema yang berbeda-beda namun tetap dalam domain kebangsaan. Ia berharap inisiatif ini akan membangun asosiasi “Merah Putih” sebagai film nasional bagi generasi mendatang. Namun, apakah visi ambisius ini akan mengubah persepsi publik atau justru menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan?
IHSG Turun 0,09%, Saham BBCA, BBRI hingga BMRI Rontok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,09% ke level 7.891 pada sesi pertama perdagangan Selasa (19/8), diiringi rontoknya saham-saham bank besar seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Saham BBCA anjlok 2,01% sementara BBRI turun 1,94%, dan saham bank besar lainnya juga mencatatkan penurunan signifikan. Meskipun demikian, total nilai transaksi siang ini mencapai Rp 10,23 triliun dengan kapitalisasi pasar Rp 14.264 triliun.
Berlawanan dengan tren IHSG, sektor industri justru melonjak 1,71%, ditopang oleh kenaikan signifikan saham ASII sebesar 9,95%. Saham-saham seperti KBLV dan CSIS juga masuk daftar top gainers, menunjukkan adanya pergerakan positif di beberapa segmen pasar. Mengingat kondisi ini, akankah IHSG mampu bertahan dalam rentang prediksi analis Phintraco Sekuritas pada sesi selanjutnya?
BEI Sebut 8 Perusahaan Bakal IPO, Ada 4 Emiten Jumbo
Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan ada delapan calon emiten dalam antrean IPO, terdiri dari empat perusahaan berskala menengah dan empat berskala besar, dengan nol perusahaan skala kecil. Hingga 15 Agustus 2025, 22 perusahaan telah mencatatkan saham di BEI, menghimpun dana Rp 10,39 triliun. Calon emiten ini berasal dari berbagai sektor, termasuk material dasar, industri, konsumer non siklikal, finansial, teknologi, serta transportasi dan logistik.
Selain itu, BEI mencatat 10 perusahaan telah menerbitkan rights issue senilai Rp 16,62 triliun, dengan empat lainnya masih dalam pipeline. Direktur Utama BEI mengungkapkan ada dua calon emiten mercusuar—perusahaan bernilai jumbo yang ditargetkan IPO—akan melantai sebelum akhir 2025, menambah empat perusahaan mercusuar yang sudah ada. Apa saja kriteria utama yang harus dipenuhi sebuah perusahaan agar dapat digolongkan sebagai ‘lighthouse company’ oleh BEI?