Bitcoin Anjlok, Whale Jual 24.000 BTC, Pasar Kripto Kembali Terpuruk

Penurunan Harga Kripto Pasca-Pidato Powell

Harga koin digital kembali mengalami penurunan setelah sempat naik setelah pidato dovish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, di Jackson Hole. Bitcoin, yang sebelumnya mencapai puncak harga USD 117.000 atau sekitar Rp 1,9 miliar, kini kembali turun di bawah USD 110.000 atau sekitar Rp 1,78 miliar pada Selasa (26/8/2025).

Dalam satu hari, harga Bitcoin anjlok sebesar 2,6%, dengan nilai terendah mencapai USD 109.465. Dalam seminggu terakhir, harga Bitcoin turun hingga 5,7%. Sementara itu, Ethereum juga ikut merosot hingga 8% dan kini diperdagangkan di bawah USD 4.400 atau sekitar Rp 71,5 juta.

Penurunan ini disebabkan oleh aksi seorang whale yang melepas hingga 24.000 BTC dalam satu waktu. Volume penjualan besar ini memicu efek domino yang membuat pasar kripto mengalami penurunan tajam, termasuk pasar derivatif.

Dalam 24 jam terakhir, total likuidasi mencapai USD 895 juta atau sekitar Rp 14,5 triliun, dengan lebih dari USD 186 juta (Rp 3 triliun) berasal dari posisi long Bitcoin yang harus ditutup karena harga turun.

Menurut data CoinDesk, dalam sesi perdagangan Amerika Serikat, harga Bitcoin sempat mencoba memantul ke USD 113.000 namun gagal. Harga kemudian turun ke level terendah dalam tujuh pekan terakhir. Beberapa altcoin utama seperti Solana, Dogecoin, Cardano, dan Chainlink juga ikut turun antara 6% hingga 8%.

Kondisi Pasar Kripto yang Rapuh

Pasar saat ini berada dalam kondisi rapuh. Likuiditas yang menipis, arus keluar dari ETF kripto, dan lemahnya aktivitas on-chain menunjukkan bahwa euforia sebelumnya telah memudar. Salah satu indikasinya adalah penurunan arus masuk dana ETF sebesar USD 1 miliar, serta merosotnya keuntungan yang terealisasi kembali ke titik impas.

QCP Capital, firma aset digital yang berbasis di Singapura, mengungkapkan bahwa aksi jual 24.000 BTC oleh early holder dilakukan di tengah kondisi likuiditas yang tipis. Akibatnya, pasar mengalami cascading liquidation sebesar USD 500 juta. Dalam laporan yang sama, firma tersebut menyebut rotasi modal dari BTC ke ETH turut memperkuat tekanan ini.

Aktivitas Institusi dan Akumulasi Jangka Panjang

Meskipun posisi long ritel banyak yang tumbang, justru institusi dan aktor besar mulai melakukan akumulasi secara diam-diam. Sebagai contoh, ada staking Ethereum senilai USD 2,55 miliar dalam satu kontrak, serta eksposur Bitcoin senilai USD 700 juta dari keluarga kerajaan Uni Emirat Arab melalui Citadel Mining. Mereka melihat volatilitas saat ini sebagai peluang untuk akumulasi jangka panjang.

Namun di sisi lain, aktivitas on-chain terus melemah. Biaya transaksi Bitcoin kembali menyentuh level rendah dekade ini, dan blok-blok baru tercatat sepi transaksi. Ini menjadi masalah serius bagi para penambang Bitcoin yang kini sudah terkena dampak pengurangan reward akibat halving.

Fase Konsolidasi dan Prediksi Pasar

Perkembangan ini memperkuat kemungkinan bahwa pasar kripto memasuki fase konsolidasi. Dengan September secara historis dikenal sebagai bulan dengan kinerja terburuk untuk Bitcoin dan Ethereum, banyak analis memperkirakan tekanan jual bisa berlanjut kecuali ada katalis besar baru yang masuk dalam waktu dekat. Pemantauan terhadap pergerakan pasar akan tetap penting untuk mengantisipasi perubahan yang mungkin terjadi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *