Cuaca Dingin dan Potensi Hujan Ekstrem di Kabupaten Sumedang
Cuaca hari ini di Kabupaten Sumedang menunjukkan suhu yang lebih rendah dari rata-rata. Suhu udara mencapai 20 derajat celcius, dengan suhu maksimum hanya mencapai 24 derajat celcius. Kondisi ini tercatat pada Rabu (20/8/2025) dan lebih dingin dibandingkan keadaan biasanya.
BMKG memprediksi bahwa wilayah Kabupaten Sumedang akan mengalami hujan ringan dan berawan dalam beberapa hari ke depan. Selain itu, potensi cuaca ekstrem juga dikeluarkan untuk wilayah Jawa Barat. Kondisi suhu dingin ini telah berlangsung sejak awal pekan dan terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat, dengan suhu minimum di bawah rata-rata biasanya.
Suhu dingin ini diperkirakan akan berlangsung selama sepekan ke depan dengan rata-rata suhu sekitar 20 derajat celcius. Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan. Peringatan ini dikeluarkan setelah melihat peningkatan curah hujan signifikan di berbagai wilayah Indonesia sejak awal Agustus 2025.
Peningkatan Curah Hujan di Beberapa Wilayah
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas ekstrem telah melanda sejumlah provinsi. Contohnya, Bengkulu mencatat curah hujan sebesar 160,8 mm/hari pada 1 Agustus 2025, Maluku 203,5 mm/hari pada 3 Agustus, Sumatra Barat 176,5 mm/hari pada 8 Agustus, dan Jawa Barat 254,7 mm/hari pada 9 Agustus. Hujan sangat lebat juga terjadi di Kalimantan Barat, Papua Tengah, Jakarta, Banten, Jambi, Kepulauan Riau, Papua Barat Daya, dan Sulawesi Tenggara.
Menurut Guswanto, kondisi ini selaras dengan prakiraan BMKG tentang meningkatnya curah hujan di awal bulan. Penyebab peningkatan curah hujan ini adalah kombinasi fenomena atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, pengaruh tidak langsung bibit siklon tropis 90S dan 96W, sirkulasi siklonik, serta perlambatan dan pertemuan angin di sekitar Indonesia.
Faktor Dinamika Atmosfer yang Mempengaruhi Hujan
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa Indeks Dipole Mode yang saat ini bernilai negatif juga berperan dalam kondisi ini. Hal ini menandakan adanya aliran massa udara dari Samudra Hindia menuju Indonesia. Gabungan faktor dinamika atmosfer tersebut mendorong pertumbuhan awan hujan masif yang berpotensi memicu hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.
Berdasarkan analisis BMKG, potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir dan angin kencang dapat terjadi di sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Meskipun intensitas hujan diperkirakan menurun, wilayah Bengkulu, Kalimantan Timur, dan Papua Pegunungan tetap berpotensi mengalami hujan lebat.
Dampak pada Sektor Pertanian dan Wisata
Peningkatan curah hujan ini dapat mengganggu aktivitas panen dan tanam pada sektor pertanian di sebagian wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra Selatan. Petani diimbau untuk menghindari penanaman di lahan rendah yang rawan genangan dan memperkuat saluran irigasi dan drainase. Di sisi lain, sebagian wilayah NTB dan NTT yang relatif lebih kering cocok untuk pengeringan hasil panen.
Selain itu, peningkatan curah hujan juga diprakirakan berdampak pada sejumlah aktivitas pariwisata, seperti destinasi pegunungan dan air terjun. Pengunjung diharapkan waspada terhadap hujan lebat dan kabut tebal. Sedangkan untuk masyarakat yang berwisata ke Pantai selatan Jawa dan Bali perlu berhati-hati terhadap gelombang tinggi dan angin kencang yang bisa membahayakan wisatawan. Aktivitas laut seperti snorkeling dan surfing sebaiknya ditunda.
Risiko di Jalur Darat dan Laut
Bagi masyarakat yang bepergian pada jalur darat, waspada risiko jalan licin dan longsor, khususnya di wilayah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Peningkatan tinggi gelombang juga berpotensi memberikan dampak di beberapa wilayah perairan, khususnya di Samudra Hindia Barat Sumatera, Perairan Selatan Jawa dan Bali, Perairan Selatan Lombok hingga P. Sumba, sehingga nelayan dan operator kapal diimbau memantau peringatan BMKG untuk meningkatkan kewaspadaan di laut.
Tidak hanya itu, turbulensi dan gangguan penerbangan akibat awan Cumulonimbus dan awan konvektif lain juga berpotensi terjadi di wilayah Sumatra, Banten, Jawa Barat, Selat Karimata, Laut Natuna, Kalimantan, Selat Makassar, dan Papua, sehingga maskapai perlu memperhatikan informasi SIGMET dan NOTAM.
Informasi dan Kewaspadaan
BMKG mengingatkan bahwa informasi ini bersifat umum dan bertujuan untuk memberikan panduan kewaspadaan. Untuk mengetahui detail prakiraan cuaca harian, peringatan dini, dan pembaruan terkini, masyarakat diimbau memantau secara berkala kanal resmi BMKG, seperti situs http://www.bmkg.go.id, akun media sosial @infobmkg, dan aplikasi InfoBMKG. Tetap waspada, siaga, dan pahami langkah keselamatan jika cuaca ekstrem terjadi di wilayah Anda.