Dana TKD Surabaya Dipotong Rp730 Miliar, Ini Strategi Pemkot Atasi Defisit 2026

Penyusunan Anggaran APBD Kota Surabaya Tahun 2026

SURABAYA – Anggaran Daerah Kota Surabaya menghadapi tantangan signifikan pada tahun 2026. Diperkirakan anggaran yang dialokasikan melalui Transfer ke Daerah (TKD) dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan mengalami pengurangan sebesar Rp 730 miliar.

Hal ini memicu perluasan strategi dan inovasi dari pemerintah kota untuk tetap menjaga kelancaran pembangunan.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyampaikan bahwa Pemkot telah menyiapkan berbagai langkah terkait pemangkasan dana TKD. Tujuannya adalah agar program pembangunan tetap berjalan optimal meskipun ada defisit anggaran.

“Tahun 2026, anggaran kami berkurang sekitar Rp 730 miliar. Untuk itu, kami melakukan inovasi seperti pembiayaan jangka panjang,” ujar Eri saat memberikan keterangan, Minggu (12/10/2025).

Ia menekankan bahwa skema pembiayaan jangka panjang dipilih agar pembangunan di Surabaya tidak terhenti. Salah satu alasan utama memilih pembiayaan jangka panjang adalah karena efisiensi biaya.

Pembangunan yang dilakukan lebih awal pada tahun 2026 dinilai lebih hemat dibandingkan jika dilakukan secara bertahap hingga 2029. Eri menjelaskan bahwa selisih biaya antara kedua opsi tersebut mencapai sekitar Rp 50 miliar.

Selain efisiensi, pembangunan infrastruktur juga memiliki dampak positif terhadap peningkatan nilai jual objek pajak (NJOP). Contohnya, wilayah Wiyung, Gunung Sari, dan Banyu Urip yang sedang dalam proses perbaikan jalan. Dengan adanya proyek tersebut, NJOP di wilayah tersebut diperkirakan naik sekitar Rp 500 miliar pada tahun 2028.

Pemkot Surabaya juga fokus pada optimasi aset daerah. Aset-aset yang selama ini tidak dimanfaatkan secara maksimal dihidupkan kembali, baik melalui sewa maupun pelibatan tenaga kerja lokal. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

“Kami juga mempertimbangkan opsi lain, meskipun hanya diberikan 66 persen, sejatinya tidak jauh dari 30 persen,” tambah Eri.

Dengan perhitungan ini, Pemkot Surabaya memperkirakan pendapatan 2026 akan berkurang hingga Rp 1 triliun. Meski demikian, Eri memastikan bahwa berbagai program prioritas, khususnya di sektor pendidikan, tetap akan berjalan.

Ia menjelaskan bahwa meskipun pendapatan pajak hanya mencapai 35 persen, terdapat aturan yang mengatur pemerataan pendapatan. Sehingga, meskipun alokasi dana TKD berkurang, pemerintah kota tetap bisa menutupi defisit anggaran.

Strategi dan Inovasi dalam Pengelolaan Anggaran

Beberapa strategi yang digunakan oleh Pemkot Surabaya meliputi:

  • Pembiayaan Jangka Panjang: Membantu mengurangi beban anggaran jangka pendek dengan membagi pembangunan menjadi cicilan.
  • Optimasi Aset Daerah: Menggunakan aset yang tidak terpakai untuk mendapatkan pemasukan tambahan.
  • Efisiensi Biaya: Memastikan pembangunan dilakukan secara optimal agar tidak menghabiskan dana berlebihan.
  • Peningkatan Pendapatan Daerah: Melalui peningkatan NJOP akibat pembangunan infrastruktur.

Dengan kombinasi strategi dan inovasi tersebut, Pemkot Surabaya berupaya memastikan bahwa pembangunan tetap berjalan tanpa mengorbankan kualitas layanan publik.

Eri menegaskan bahwa pemerintah kota akan terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas anggaran dan memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *