Aksi Demo Penolakan Kenaikan Tunjangan DPR Berujung Ricuh
JAKARTA – Aksi demonstrasi menolak kenaikan tunjangan anggota DPR di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Pusat, berakhir ricuh pada Senin 25 Agustus 2025.
Sejumlah massa yang terlibat dalam aksi tersebut mengalami penahanan oleh pihak kepolisian. LBH Jakarta melaporkan bahwa hingga Selasa 26 Agustus 2025 pagi, sebanyak 400 orang masih ditahan, dengan 200 di antaranya adalah bawah umur.
Selain itu, seorang jurnalis foto dari Kantor Berita ANTARA juga menjadi korban pemukulan oleh oknum polisi saat sedang meliput aksi demonstrasi.
Berikut rangkuman peristiwa aksi demo penolakan tunjangan DPR yang berujung ricuh:
Massa Mulai Memadati Gedung DPR
Massa mulai memadati Gedung DPR/MPR RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, pada pukul 10.15 WIB. Mereka terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk pengemudi ojek online, pedagang, dan perseorangan. Tidak seperti aksi demo biasanya, aksi ini tidak mengatasnamakan aliansi atau organisasi tertentu.
Pintu gerbang DPR diblokade dengan barier beton dan pagar besi dilapisi oli agar massa tidak bisa memanjat. Polres Metro Jakarta Pusat mengerahkan 1.250 personel gabungan untuk mengamankan aksi tersebut. Meski rencana aksi telah beredar di media sosial, tidak ada aliansi mahasiswa maupun buruh yang mengonfirmasi menggelar demo.
Aksi Demo Mulai Ricuh
Suasana damai awalnya mulai ricuh saat sekelompok orang berpakaian seragam sekolah memadati area depan Gedung DPR pada pukul 12.40 WIB. Mereka menyuarakan aspirasi agar DPR dibubarkan karena dinilai bekerja buruk.
Tak lama kemudian, massa mendatangi blokade kepolisian di dekat persimpangan Kementerian Kehutanan dan jalan mengarah ke Slipi, Jalan Gatot Subroto. Polisi mencoba mengingatkan agar massa tidak melakukan provokasi.
Polisi menggunakan mobil water cannon dengan daya tekanan tinggi untuk mengurai massa. Setelah massa dipukul mundur ke arah Semanggi, Jalan Gerbang Pemuda, mereka kembali datang dari arah simpang Slipi. Sekitar pukul 13.35 WIB, massa melempar kayu, botol, dan batu ke arah blokade kepolisian.
Kericuhan Semakin Meluas
Polisi mengerahkan kendaraan taktis (rantis) dan water cannon untuk memukul mundur demonstran. Gas air mata ditembakan beberapa kali ke arah massa, sehingga mereka mundur ke arah lampu merah Slipi menuju Jalan Letnan Jenderal S Parman.
Kericuhan semakin meluas dari arah belakang Gedung DPR, tepatnya di Gerbang Pancasila, dimana massa yang sebagian besar merupakan pemuda dipukul mundur.
Mereka berlarian ke arah Kemenpora hingga kawasan TVRI. Untuk mengurangi efek gas air mata, massa saling berbagi odol dan mencuci muka dengan air mineral. Pada pukul 16.00 WIB, iring-iringan massa berjalan kaki dari Cawang ke Gedung DPR, menggunakan celana putih dan seragam sekolah.
Polisi Pukul Mundur Massa
Bentrokan antara polisi dan massa aksi masih terjadi hingga pukul 18.20 WIB. Polisi memaksa mundur massa dengan menggunakan gas air mata. Insiden ini terjadi di bawah kolong flyover Slipi, dekat Stasiun Palmerah. Polisi juga menambah personel di area tersebut.
Pantauan I DN Times menunjukkan bahwa sejak pukul 18.10 WIB, polisi menembakkan lebih dari 30 gas air mata dalam waktu 20 menit. Kolong flyover pun tertutup asap. Hujan mengurangi efek dari tembakkan tersebut.
Pos Polisi Dibakar Sampai Layanan Transportasi Umum Terganggu
Aksi demo berubah anarkis ketika massa membakar Pos Polisi Petamburan di bawah kolong flyover. Tenda pos polisi juga ikut dibakar. Sebelum dibakar, tenda tersebut diseret ke tengah jalan. Insiden ini membuat lalu lintas terganggu. Pembatas jalan Transjakarta juga rusak.
Demo tersebut menyebabkan sejumlah rute Transjakarta Koridor 9 dan Stasiun Palmeran ditutup sementara. Akibat gangguan tersebut, terjadi penumpukan penumpang di Stasiun Kebayoran hingga tengah malam.
Sejumlah Pelajar Ditangkap
Polres Metro Jakarta Pusat menangkap pelajar dan kelompok yang diduga anarko dalam aksi demo tersebut. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Pusat, AKBP Roby Saputra, membenarkan adanya puluhan massa yang diamankan.
“Ada pelajar dan anarko, masih kita data,” ujarnya saat dikonfirmasi. Aksi yang dimulai sejak pagi itu awalnya berjalan damai. Namun, eskalasi massa meningkat saat ratusan orang memadati kawasan depan gerbang DPR.
Berdasarkan data yang dihimpun, sekitar pukul 22.00 WIB, sebanyak 15 orang berhasil ditangkap. Mereka terdiri dari empat pelajar dan 11 orang diduga kelompok anarko. Tak lama, empat pelajar lainnya juga diamankan dari gerbang belakang kompleks DPR.