Penemuan Desain Cetak Biru Situs Gunung Padang di Batu Andesit
CIANJUR – Tim peneliti mengungkapkan adanya desain yang diduga merupakan cetak biru (blue print) dari Situs Gunung Padang, ditemukan pada sebuah batu andesit di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Bongkah batu tersebut ditemukan di aliran sungai sekitar satu kilometer dari lokasi utama situs megalitikum.
Ketua Tim Kajian dan Pemugaran Situs Gunung Padang, Ali Akbar, menjelaskan bahwa desain tersebut menggambarkan struktur teras-teras yang ada di situs tersebut. Ali menyatakan bahwa batu ini awalnya berada di area lereng situs, namun akibat longsoran, batu tersebut jatuh ke aliran sungai dan perlahan terbawa arus.
Ukuran batu yang cukup besar membuatnya sulit untuk dipindahkan. Ia menilai desain pada batu tersebut memperkuat bentuk atau wujud Situs Gunung Padang yang telah direkonstruksi oleh tim peneliti sebelumnya.
Situs Gunung Padang memiliki lima teras dengan fungsi masing-masing. Hal ini tergambar dalam desain yang ada di batu tersebut. Seluruh teras disusun dari batuan berkolom atau columnar joint yang sengaja dibawa dari luar kawasan.
Dalam pembuatannya, batuan tersebut dipotong sesuai ukuran dan kemudian disusun rapi. Beberapa digunakan sebagai anak tangga, pembatas dinding, pilar, dan terasering di setiap sisi lereng.
Namun, seiring waktu, faktor alam menyebabkan sebagian susunan batuan mengalami kerusakan. Di lereng timur, sebagian struktur bahkan roboh akibat longsor. Oleh karena itu, dalam pemugaran kali ini, fokus dilakukan pada perbaikan dan penguatan lereng.
Temuan Batuan Berkolom di Sekitar Situs
Tim kajian dan pemugaran Situs Gunung Padang juga menemukan adanya potensi sumber batuan columnar joint di dua lokasi, yaitu Ciukir di selatan situs dan Pasir Pogor di bagian utara.
Ali menyebutkan bahwa potensi di Ciukir lebih besar. Hasil survei menunjukkan bahwa bentuk dan ukuran batuan di dua lokasi tersebut mirip dengan columnar joint yang ada di area inti Situs Gunung Padang.
Karena itu, kajian akan dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk memperoleh kepastian. Menurut Ali, temuan ini semakin memperkuat dugaan bahwa Situs Gunung Padang merupakan hasil karya budaya manusia, bukan bentukan alami.
Batuan vulkanik berbentuk persegi lima dengan panjang hingga 100 meter ini dibawa dari lokasi lain untuk menjadi material bangunan situs. Dalam pembuatannya, batuan dari aktivitas gunung api purba ini dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
Potongan-potongan tersebut kemudian disusun rapi, digunakan sebagai anak tangga, pilar-pilar, pembatas dinding, dan terasering di setiap sisi. Namun, seiring waktu, sebagian susunan batuan ini kini telah runtuh. Oleh karena itu, diperlukan pemugaran sebagai bagian dari upaya pelindungan.
Situs Lebih Tua dari Piramida Giza
Tim kajian menyebut Situs Gunung Padang kemungkinan lebih tua dari Piramida Giza di Mesir. Ali menyatakan bahwa kajian awal dilakukan secara menyeluruh sebelum proses pemugaran fisik. Ia meyakini usia situs ini bisa mencapai sekitar 5.900 tahun sebelum masehi, bahkan mungkin lebih.
Kajian pendahuluan akan berlangsung hingga akhir tahun ini dengan melibatkan seratus ahli dari berbagai disiplin ilmu serta partisipasi masyarakat setempat. Pemeriksaan mencakup kondisi permukaan tanah, mulai dari vegetasi, kemiringan lahan, hingga kebutuhan perkuatan struktur.
Tahap pertama adalah merekonstruksi ulang bentuk yang ada sekarang. Misalnya, ada bebatuan yang roboh. Jika ditegakkan kembali, bentuknya akan seperti apa? Bisa jadi, sebenarnya dulu ada tiang-tiang atau bahkan atap.
Penelitian juga menelusuri bagian bawah tanah. Sebelumnya, di teras dua dan lima ditemukan lapisan-lapisan tua yang belum sepenuhnya teridentifikasi. Ali menyatakan, jangan-jangan bentuk asli situs ini punya elemen yang sama sekali berbeda dengan yang kita lihat sekarang.
Teknologi Pemindaian untuk Rekonstruksi Digital
Semua temuan akan direkonstruksi secara digital menggunakan teknologi pemindaian laser dari udara dengan drone berukuran besar, dilengkapi pulse radar dan sensor geomagnet. Nanti hasil citranya akan bersih, tanpa tertutup pepohonan. Pakar yang terlibat mencakup arkeolog, ahli topografi, geografi, geologi, sosiokultural, sejarah, arsitektur, geoteknik, teknik sipil, hingga planologi.
Untuk penelitian bawah tanah, tim melibatkan ahli geofisika, hidrologi, dan paleoseismologi guna menelusuri jejak gempa purba. Semua pemindaian akan dilakukan dengan teknologi mutakhir, mulai dari geomagnet, georadar, hingga seismik radio, ditambah pengeboran di titik-titik tertentu.












