Elon Musk Kembali Memimpin Daftar Miliarder Dunia
AMERIKA – Elon Musk, salah satu tokoh teknologi terkemuka di dunia, kembali menguasai posisi sebagai orang terkaya di dunia. Pada beberapa waktu terakhir, kekayaannya mencapai angka yang sangat mengejutkan.
Berdasarkan indeks miliarder Forbes, Musk sempat menjadi orang pertama dengan kekayaan mencapai 500 miliar dolar AS atau sekitar Rp 8.311 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.622 per dolar AS).
Pada Rabu (1/10/2025) waktu New York, kekayaan Musk bahkan sempat menyentuh 500,1 miliar dolar AS (sekitar Rp 8.319 triliun), lalu turun sedikit menjadi 499 miliar dolar AS (sekitar Rp 8.300 triliun) saat sore hari.
Saat berita ini ditulis, Minggu (5/10/2025), kekayaan Musk berada di kisaran 485,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 8.063 triliun). Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan saham Tesla, perusahaan kendaraan listrik yang dimiliki Musk.
Saat ini, Musk memiliki lebih dari 12 persen saham Tesla. Pada 1 Oktober lalu, saham Tesla naik 3,3 persen pada penutupan perdagangan New York. Kenaikan ini membuat kekayaan Musk bertambah sebesar 6 miliar dolar AS (sekitar Rp 99,7 triliun).
Selain itu, saham Tesla juga telah meningkat lebih dari 20 persen sepanjang tahun ini. Selain Tesla, kekayaan Musk juga berasal dari bisnis-bisnis lain yang ia kelola, seperti SpaceX, perusahaan roket, serta xAI, sebuah startup kecerdasan buatan yang valuasinya ikut meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Musk Mengungguli Larry Ellison
Dengan pencapaian ini, posisi Musk kembali mengungguli pendiri Oracle, Larry Ellison. Menurut indeks miliarder Forbes, Ellison kini menjadi orang terkaya kedua di dunia dengan total kekayaan sekitar 350,7 miliar dolar AS (sekitar Rp 5.830 triliun).
Sebelumnya, Ellison sempat menggeser Musk dari posisi teratas setelah saham Oracle melonjak tajam lebih dari 40 persen karena prospek bisnis infrastruktur cloud dan kesepakatan di bidang AI. Namun, posisi tersebut tidak bertahan lama karena saham Tesla kembali stabil dan naik.
Dukungan Investor yang Kuat
Kenaikan saham Tesla terjadi karena banyak investor mendukung keputusan Musk untuk lebih fokus pada bisnis daripada politik.
Sebelumnya, Musk sempat menuai kritik karena keterlibatannya dalam lembaga pemerintahan presiden Donald Trump bernama Department of Government Efficiency (DOGE).
Lembaga ini bertujuan untuk memangkas pengeluaran pemerintah AS dan mengurangi jumlah lapangan kerja. Keterlibatan ini membuat Musk terlalu sibuk dengan urusan politik ketimbang bisnis.
Selain itu, Musk sering menjadi sorotan karena komentar-komentarnya yang kontroversial di media sosial X (dulu Twitter). Ia kerap mengomentari isu-isu terkait imigrasi dan program DEI (Diversity, Equity, and Inclusion).
Meski begitu, ketua dewan Tesla, Robyn Denholm, menegaskan bahwa Musk kini sudah kembali fokus pada perusahaan mobil listrik tersebut. Denholm menyebut Musk berada di “garis terdepan” dalam memimpin Tesla.
Target Ambisius untuk Musk
Musk juga akan menerima paket gaji senilai lebih dari 1 triliun dolar AS (sekitar Rp 16.620 triliun) jika berhasil mencapai target ambisius selama dekade berikutnya.
Untuk mendapatkan paket tersebut, Musk harus melakukan beberapa hal, termasuk meningkatkan valuasi Tesla sebanyak delapan kali lipat, menjual satu juta robot AI, menjual 12 juta mobil Tesla, dan mencapai beberapa tujuan lainnya.
Ini menunjukkan bahwa Musk masih memiliki tantangan besar di masa depan, namun dengan dukungan investor dan kinerja perusahaan yang baik, kemungkinan besar ia akan tetap menjadi salah satu tokoh terkaya di dunia.