Temuan Minyak Babi dalam Proses Produksi Nampan MBG di Tiongkok
JAKARTA – Sebuah informasi mengejutkan muncul dari Tiongkok terkait produksi nampan yang diekspor untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menurut laporan investigasi, bahan-bahan yang digunakan dalam proses pembuatan nampan tersebut diduga mengandung minyak babi. Hal ini menjadi perhatian serius karena penggunaan minyak babi tidak sesuai dengan prinsip kehalalan dalam agama Islam.
Minyak babi tersebut diketahui dicampur dengan minyak biasa selama proses pengepresan nampan. Campuran ini dipercaya dapat mengurangi risiko kerusakan pada material nampan.
Namun, dalam konteks keagamaan, khususnya bagi umat Muslim, proses pencucian untuk menghilangkan zat babi tidak bisa dilakukan sembarangan. Diperlukan cara yang tepat dan sesuai ajaran agama agar bahan tersebut benar-benar bersih.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, langsung merespons berita ini. Ia menyampaikan bahwa masukan atau temuan terkait dugaan adanya minyak babi harus disampaikan kepada pihak pengelola.
“Silahkan serahkan ke pengelolanya ya,” ujarnya setelah meninjau distribusi MBG di MTSN 6 Jakarta.
Program MBG sendiri merupakan tanggung jawab Badan Gizi Nasional (BGN). Sekolah atau madrasah hanya menerima hasil akhir dari proses tersebut. Proses memasak dan pengemasan dilakukan oleh dapur-dapur MBG mitra BGN.
Nasaruddin menjelaskan bahwa madrasah akan menerima makanan yang sudah siap saji dan layak konsumsi. Jika ada temuan, maka akan segera diperbaiki.
Ia menegaskan bahwa Kemenag selalu menekankan aspek kehalalan dari hidangan MBG. “Insya Allah seluruh makanan (MBG) yang dibagi di seluruh Indonesia itu terjamin kehalalannya,” katanya.
Selain itu, nasihat juga diberikan kepada siswa tentang cara makan yang sehat. “Jika makan tanpa sendok, pastikan tangan dicuci terlebih dahulu,” pesannya.
Nasaruddin juga menyoroti pentingnya menjaga kebersihan dalam distribusi MBG di madrasah. Ia meminta agar titik distribusi dicek kebersihannya agar tidak ada tikus yang bisa menyebabkan penyakit. Perilaku makan yang tidak sehat, seperti tidak mencuci tangan setelah bermain di luar kelas, bisa menyebabkan keracunan.
Harapan untuk Keberlanjutan Program MBG
Nasaruddin berharap para murid berdoa agar program MBG dapat berjalan secara berkelanjutan. Ia mencontohkan kondisi di Palestina, di mana anak-anak tidak bisa sekolah karena perang. Akibatnya, satu generasi tidak bisa membaca dan menulis.
“Di Palestina bekerja susah. Banyak yang meninggal karena perang. Ada juga karena kelaparan,” katanya.
Ia berharap kehidupan di Indonesia tetap damai sehingga ekonomi terus berkembang positif. Berbeda dengan beberapa negara di Asia lainnya yang mengalami stagnasi bahkan penurunan ekonomi. Dengan kondisi yang stabil, program MBG dapat terus memberikan manfaat bagi masyarakat.