Sinergi dalam Penataan Jalur Lingkar Kaldera Tengger
PROBOLINGGO – Penataan Jalur Lingkar Kaldera Tengger (JLKT) yang terintegrasi dengan penataan zonasi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menunjukkan pentingnya menjaga keutuhan ekosistem dan fungsi situs-situs sakral masyarakat Tengger.
Hal ini menjadi salah satu kesepakatan utama dalam Fokus Group Diskusi Toko Budaya Tengger, yang diadakan di Hotel Lava Hill Probolinggo pada Selasa (9/9/2025). Peserta FGD sepakat bahwa penataan JLKT diperlukan untuk menghindari dampak negatif dari pengembangan pariwisata massal.
Potensi Kerusakan Ekosistem
Salah satu alasan utama dilakukannya penataan adalah adanya potensi kerusakan akibat massa wisatawan yang berkunjung ke beberapa lokasi seperti laut pasir dan savana. Dikhawatirkan hal ini dapat menyebabkan degradasi sumber daya alam, ekosistem, serta objek-objek daya tarik wisata alam.
Selain itu, habitat flora endemik Jawa seperti Anggrek Tosari (Habenaria tosariensis) dan Suket Melelo (Styphelia javanica) juga rentan rusak. Begitu pula dengan habitat fauna endemik Ular Bhumi Tengger (Tetralepis fruhstorferi).
Perlindungan Situs Sakral Masyarakat Tengger
FGD juga membahas pentingnya perlindungan lokasi-lokasi yang disakralkan oleh masyarakat Tengger. Peningkatan kenyamanan pengunjung menjadi fokus utama, termasuk penataan warung dan pedagang kaki lima (PKL) yang kurang estetis.
Penataan ini bertujuan untuk meningkatkan pengalaman wisata sekaligus menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat setempat.
Konsep Penataan JLKT
Penataan JLKT bukan berarti membangun konstruksi fisik atau jalan baru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan konservasi nilai-nilai penting TNBTS tanpa mengganggu nilai spiritual dan keberlangsungan budaya masyarakat Tengger.
Penataan ini akan berjalan selaras antara pelestarian alam dan pengembangan pariwisata berkelanjutan (ekowisata) di empat kabupaten lingkup TNBTS.
Beberapa konsep rencana penataan JLKT meliputi:
- Jalur kendaraan wisata yang rapi dan ramah lingkungan, agar tidak merusak ekosistem savana dan laut pasir.
- Relokasi PKL ke rest area di jalur kaldera untuk meningkatkan estetika dan kenyamanan pengunjung.
- Sarana prasarana air bersih dan sumur resapan yang memadai untuk mendukung kebutuhan pengunjung dan masyarakat sekitar.
Persiapan dan Kesiapan Masyarakat
Pada saat hari Raya Yadnya Kasada, para pelaku ritual menuju kawah dengan berjalan kaki, mulai dari Pura Luhur Poten hingga puncak Kawah Bromo. Pengambilan air Widodaren untuk ritual masyarakat Tengger harus tetap terjaga, begitu pula dengan sumber air dari Jantur yang digunakan warga Argosari.
Selain itu, masalah sampah, air limbah, dan kebersihan menjadi perhatian khusus. Antisipasi kemungkinan hilangnya patok (amblas), pengaturan usaha piknik, serta pembatasan kuota pengunjung juga diperlukan.
Penataan untuk Ritual dan Aktivitas Wisata
Penataan jalur juga mencakup kebutuhan masyarakat Tengger dalam melakukan ritual dan aktivitas sehari-hari. Termasuk pengaturan sepeda motor, pedagang kaki lima, serta penyediaan spot foto dan tempat parkir untuk jip. Adanya bahu jalan, pagar, pintu masuk, dan lokasi darurat juga menjadi bagian dari rencana penataan.
Peserta FGD yang Terlibat
Peserta FGD terdiri dari berbagai instansi dan tokoh masyarakat, antara lain:
- Rudijanta Tjahja Nugraha, Kepala Balai Besar TN Bromo Tengger Semeru
- Heri Mulyadi, Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Probolinggo
- Sulistyo Widodo, Kepala Bidang Teknis BBTN Bromo Tengger Semeru
- Bambang Suriyono, Kepala Bidang PTN Wilayah I BBTN Bromo Tengger Semeru
- Wawan Cahyoko, Kepala Bidang Tata Bangunan & Jasa Konstruksi – Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman, dan Cipta 5. Karya Provinsi Jawa Timur
- Tri Wahyu Riyadi, Kepala Bidang Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Pemukiman, dan Cipta Karya Provinsi Jawa Timur
- Sunaryono
- Kepala Desa Ngadisari
- Wirya Aditya, Kepala Desa Wonokitri
- Seneman, Pit. Kepala Desa Ranupani
- Romo Eko Pranoto, Dukun Pandita Kecamatan Tosari
- Romo Pramana, Romo Setyawan, Romo Karioleh, Romo Gatot Harjo, Timbul Urip, Bambang Suprapto, Ketua PHDI Kabupaten Probolinggo
- Sukisman, Ketua PHDI Kabupaten Pasuruan
- Setiyo Budi, Pemuda Adat Tengger Ngadisari
- Hadi Sukarta, Tokoh Adat Tengger Pasuruan
- Romo Sutomo, Ketua Paruman Dukun Pandita Tengger