Kritik Tajam Bupati Garut Terhadap Aparatur Negara
GARUT – Pada apel gabungan yang digelar di Lapangan Setda Garut, Senin pagi (8/9/2025), suasana yang biasanya rutin dan formal berubah menjadi ruang refleksi tajam.
Bupati Garut Abdusy Syakur Amin menyampaikan amanat dengan nada kritis dan penuh sindiran terhadap perilaku aparatur negara yang dinilai kurang berempati terhadap kondisi masyarakat.
Di hadapan jajaran SKPD Pemerintah Kabupaten Garut, Bupati Syakur mengungkapkan kekecewaannya terhadap fenomena sosial yang belakangan ini memicu gelombang demonstrasi dan keresahan publik. Ia menyoroti perilaku sebagian oknum yang dinilai tidak sensitif terhadap penderitaan masyarakat.
“Kadang-kadang ada perilaku yang dianggap tidak menunjukkan rasa empati kepada masyarakat—ada yang joged-joged—ketika orang lain menghadapi kesulitan,” ucap Syakur, menyindir keras tanpa menyebut nama.
Pernyataan tersebut merujuk pada situasi sosial yang memanas di Garut, di mana aksi demonstrasi mahasiswa dan masyarakat terjadi dalam beberapa hari terakhir.
Bupati mengakui bahwa aspirasi tersebut muncul dari ketidakpuasan yang nyata dan harus ditanggapi dengan tulus, bukan dengan sikap meremehkan.
“Kemarin ada mahasiswa dan masyarakat menyampaikan aspirasinya kepada kita semua. Alhamdulillah, dengan keikhlasan dan komitmen kita, kita bisa berdiskusi dengan baik. Aspirasi mereka bisa kita terima, dan mereka kembali ke aktivitas seperti biasa,” ujarnya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa gelombang aspirasi belum berhenti. Hari ini, kelompok lain kembali menyuarakan tuntutan mereka, menandakan bahwa respons pemerintah belum sepenuhnya menjawab keresahan publik.
“Artinya, aspirasi yang ada itu dianggap belum cukup mengakomodasi semua aspirasi. Mereka merasa perlu melakukan dengan cara-cara yang sudah terjadi hari ini. Apapun itu, sebagai negara demokrasi tentu saja itu hal yang sudah biasa. Tapi saya melihatnya bahwa ada kondisi yang harus kita sikapi dengan baik,” tegas Syakur.
Dalam amanatnya, Bupati menekankan bahwa masyarakat kini semakin kritis dan menuntut pelayanan publik yang lebih baik, bukan sekadar formalitas atau pencitraan.
“Masyarakat menuntut kita semua untuk selalu memberikan yang terbaik kepada publik. Di sisi lain, kita juga melihat masih ada hal-hal yang harus kita perbaiki bersama-sama,” pungkasnya.
Apel gabungan ini bukan sekadar rutinitas birokrasi, melainkan menjadi panggung peringatan keras bagi para ASN: bahwa di tengah krisis kepercayaan dan tuntutan publik, empati bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Jika tidak, joget di atas penderitaan rakyat bisa menjadi simbol kegagalan moral birokrasi.
Peran Pemerintah dalam Menghadapi Kritik Publik
Sebagai pemimpin daerah, Bupati Syakur menunjukkan pentingnya tanggung jawab dan kesadaran akan peran pemerintah dalam melayani masyarakat. Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa pemerintah harus mampu mendengarkan aspirasi rakyat dan memberikan solusi yang nyata, bukan hanya janji kosong.
Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya menjaga hubungan harmonis antara pemerintah dan masyarakat. Menurutnya, kritik dan aspirasi masyarakat adalah bagian dari proses demokrasi yang sehat. Namun, kritik tersebut harus direspons dengan cara yang bijak dan konstruktif.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain:
- Meningkatkan komunikasi dua arah dengan masyarakat.
- Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik.
- Memperbaiki kualitas pelayanan publik agar lebih transparan dan akuntabel.
- Memberikan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur negara tentang pentingnya empati dan profesionalisme.
Peran pemerintah dalam menghadapi kritik publik sangat penting. Bupati Garut Abdusy Syakur Amin menunjukkan bahwa empati dan tanggung jawab adalah kunci dalam menjaga hubungan yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Dengan kesadaran akan tanggung jawab dan komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik, pemerintah dapat membangun kepercayaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.











