Langkah Kemenag dalam Memastikan Keamanan Gedung Pesantren
JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) telah mengambil langkah-langkah penting untuk memastikan keamanan konstruksi gedung pesantren di Indonesia.
Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan perlunya pengawasan dan penanganan secara menyeluruh terhadap bangunan-bangunan pesantren yang berpotensi memiliki risiko ambruk.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pendataan atau pemetaan pesantren yang memiliki bangunan rusak atau sudah tua. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mendaftar pesantren-pesantren yang usianya melebihi seabad.
Data ini menjadi dasar bagi program selanjutnya, yaitu penilaian oleh ahli konstruksi. Jika ditemukan adanya bangunan yang rawan, maka akan segera dilakukan perbaikan.
Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, menjelaskan bahwa pihaknya akan segera melakukan rapat bersama di kantor Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Tujuannya adalah untuk mempercepat tindakan dan memastikan semua pihak terlibat dalam proses penanganan tersebut.
Pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Terkait dengan izin mendirikan bangunan (IMB), Suyitno menanggapi isu bahwa hanya sedikit pesantren yang memiliki IMB. Menurutnya, informasi tersebut merupakan sampel atau contoh saja.
Ia menegaskan bahwa tidak mungkin sebuah bangunan tidak memiliki IMB. Meskipun demikian, ia tetap menyetujui perlunya pendataan lebih lanjut terkait kelengkapan administrasi IMB tersebut.
Pendampingan terkait keamanan gedung pesantren dari risiko roboh dilakukan secara menyeluruh, bukan hanya dari satu aspek saja. Hal ini mencakup pemeriksaan struktur bangunan, pemenuhan regulasi, hingga koordinasi dengan instansi terkait.
Tragedi Musala Ambruk di Sidoarjo
Tragedi musala ambruk di Pesantren Al Khoziny Sidoarjo pada 29 September lalu menjadi peringatan keras tentang pentingnya keamanan konstruksi bangunan. Saat kejadian, para santri sedang salat Asar berjamaah. Sebanyak 65 korban meninggal dunia, sementara lebih dari seratus santri berhasil selamat.
Proses evakuasi yang dilakukan oleh Basarnas masih berlangsung. Kejadian ini juga membuat Menteri Agama Nasaruddin Umar langsung meninjau lokasi kejadian. Ia menyampaikan duka cita kepada keluarga korban, serta melihat langsung penanganan terhadap korban terdampak.
Selain itu, Nasaruddin Umar juga menyalurkan bantuan sebesar Rp 610 juta. Ia meminta Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur untuk melakukan langkah proaktif dalam membantu penanganan korban.
Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberikan dukungan penuh terhadap masyarakat yang terkena dampak tragedi tersebut.
Tindakan Lanjutan dan Komitmen Bersama
Dalam rangka memastikan keamanan pesantren di masa depan, Kemenag berkomitmen untuk terus memperkuat kerja sama dengan berbagai pihak. Ini termasuk memastikan bahwa setiap pesantren memiliki data lengkap tentang kondisi bangunan mereka.
Selain itu, pemerintah juga akan memperketat pengawasan terhadap pembangunan baru dan renovasi bangunan yang ada.
Kemudian, pihak Kemenag juga akan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada pengelola pesantren mengenai pentingnya IMB dan prosedur pengajuan izin. Hal ini bertujuan agar pesantren dapat memenuhi standar keamanan dan legalitas yang berlaku.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kejadian seperti tragedi di Sidoarjo tidak terulang lagi. Selain itu, kepercayaan masyarakat terhadap sistem pendidikan dan keagamaan di Indonesia akan semakin kuat.