Marak Korupsi, Fenomena Tikus Berdasi Marak di Jalanan Brebes saat Karnaval HUT RI

Tikus Berdasi
Acara karnaval HUT RI ke-80 di Desa Sitanggal Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes. (Foto: Facebook/Estiya Asih)

BREBES – Di tengah gegap gempita peringatan HUT RI ke-80, sebuah fenomena berbeda menyeruak dari jalanan Kabupaten Brebes. Bukan sekadar arak-arakan kesenian daerah dan pakaian adat, masyarakat kini kritis dengan kreativitasnya melalui “tikus berdasi”.

Ribuan pasang mata warga dari anak-anak, remaja, hingga lansia justru terpukau dan tergelitik oleh barisan “tikus berdasi” saat menyaksikan karnaval HUT RI ke-80 di sejumlah desa di Kabupaten Brebes.

Dalam karnaval kemerdekaan yang digelar di sejumlah kecamatan, muncul atraksi yang viral, patung raksasa kostum tikus mengenakan jas rapi, dasi mencolok, bahkan ada yang membawa koper seolah sedang pulang dari gedung parlemen.

Tikus-tikus ini tidak sekadar maskot, melainkan sindiran telanjang terhadap maraknya korupsi yang terus menggerogoti negeri, dari tingkat pemerintah atas hingga ke desa-desa.

Fenomena karnaval tikus berdasi ini tampak di Desa Baros Kecamatan Ketanggungan, Desa Sitanggal Kecamatan Larangan, Kecamatan Banjarharjo, Desa Pangaradan Kecamatan Tanjung, hingga Desa/Kecamatan Jatibarang.

Semua menampilkan parodi sosial dengan cara berbeda, tapi bernada sama, kemerdekaan belum benar-benar dirasakan karena tikus simbol para koruptor masih bebas berkeliaran, bahkan seakan-akan “dilindungi”.

“Kalau dulu penjajah itu Belanda, sekarang ya tikus-tikus berdasi. Merdeka tapi masih dijajah sama korupsi,” kata Slamet (54), warga Larangan, sambil menunjuk rombongan kostum tikus yang melintas.

Seorang pelajar SMA di Banjarharjo, Tia (17), ikut nimbrung komentar. “Lucu sih, tapi pedes juga. Pas lihat tikus pake jas kayak pejabat, rasanya kayak nonton berita TV yang hidup,” ujarnya, disambut tawa teman-temannya.

Bendera One Piece, Harapan Bajak Laut?
Uniknya, di sela parade tikus, ada pula atribut lain yang tak kalah mengundang tanda tanya, bendera bajak laut dari serial One Piece. Apakah ini sekadar gaya fandom anak muda, atau sindiran bahwa negeri ini lebih butuh sosok bajak laut seperti Luffy untuk berani menumbangkan sistem busuk?

Seorang pemuda dari Banjarharjo, Iqbal (26), menafsirkan dengan lugas, “One Piece itu soal kebebasan, soal melawan ketidakadilan. Cocok banget dipasang bareng sindiran tikus berdasi. Kita butuh orang yang berani, bukan pejabat yang pura-pura.”