Karnaval kemerdekaan biasanya identik dengan hiburan. Namun kali ini, Brebes justru memanfaatkan momentum untuk mengiris kesadaran kolektif, bahwa 80 tahun merdeka, rakyat masih berhadapan dengan korupsi, birokrasi berbelit, dan kebijakan yang kerap tak berpihak pada wong cilik.
Fenomena ini membuktikan, kritik sosial bisa hadir dari jalanan desa, dari kreativitas warga, bukan hanya dari gedung parlemen atau layar debat televisi. Pesan moralnya jelas, rakyat tidak buta, rakyat tahu siapa yang selama ini menghisap darah mereka.
“Semoga yang nonton, apalagi pejabat yang hadir, bisa malu. Kalau tikus di sawah saja bikin gagal panen, apalagi tikus berdasi. Bisa bikin rakyat gagal hidup,” kata Sulastri (62), seorang nenek yang ikut menonton karnaval di Ketanggungan.
Dari Brebes untuk Indonesia
Dari desa-desa bawang hingga pelosok, Brebes memberi teladan bahwa kritik bisa dikemas dengan kreatif dan menghujam. Tikus berdasi yang berlenggak-lenggok di jalanan bukan sekadar tontonan, tapi peringatan, jika negeri ini bisa kehilangan makna merdeka jika korupsi dibiarkan.
Marak Korupsi, Fenomena Tikus Berdasi Marak di Jalanan Brebes saat Karnaval HUT RI

Baca Juga
Rekomendasi untuk kamu

Sebagai wujud apresiasi keikutsertaan peserta Brebes Beres Fair 2025, pihaknya akan melakukan penilaian untuk menentukan…

Kedua kelompok peserta karnaval akhirnya didamaikan oleh pihak desa setempat, dan menyepakati untuk tidak saling…

Kemerdekaan yang Dirasakan oleh Pengemudi Jakarta JAKARTA – Di tengah riuhnya perayaan kemerdekaan Indonesia, banyak…

Istilah Jumat Keramat dan Politisi yang Terlibat dalam Kasus Korupsi JAKARTA – Istilah “Jumat Keramat”…