Masa Depan Ekonomi Kalimantan Timur di Tengah Perubahan Energi Global
KALIMANTAN – Ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, terutama karena kontribusi besar dari sektor ekspor. Dengan net ekspor yang menyumbang lebih dari 40% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kaltim menjadi salah satu daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Di kuartal II/2025, kinerja industri dan ekspor menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi provinsi ini.
Analis Senior Departemen Internasional Bank Indonesia, Veny Tamarind, menyatakan bahwa Kaltim tetap mempertahankan dominasi ekonominya di wilayah Kalimantan. Provinsi ini menguasai 47% pangsa ekonomi regional Kalimantan, meskipun sektor pertambangan mengalami perlambatan. Struktur ekonomi Kaltim yang didominasi oleh sektor sekunder seperti industri pengolahan memberikan daya tahan yang kuat terhadap perubahan eksternal.
Sektor industri pengolahan mencatat kontribusi sebesar 2,75% terhadap total perekonomian daerah, dengan pangsa sebesar 20,33%. Peningkatan produksi pupuk, CPO, dan bahan kimia berdampak positif pada nilai ekspor, terutama pada sektor fertilizer yang meningkat hingga 14,46%.
Selain itu, sektor pertanian juga memberikan kontribusi positif dengan andil sebesar 0,54%. Peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit serta panen hortikultura berkat curah hujan optimal menjadi faktor penunjangnya.
Namun, prospek ekspor Kaltim ke depan menghadapi tantangan besar. Kebijakan proteksionisme Amerika Serikat (AS) dengan penerapan tarif impor resiprokal mulai 9 April 2025 menimbulkan dampak yang signifikan. Tarif tambahan hingga 245% untuk China, 20% untuk Filipina, 15% untuk Jepang, dan 20% untuk Taiwan berdampak pada indeks manufaktur PMI di negara-negara tujuan ekspor utama Kaltim. Hal ini berpotensi menekan permintaan energi, termasuk batu bara yang masih mendominasi ekspor Kaltim dengan pangsa lebih dari 60%.
Perubahan arah menuju energi terbarukan semakin mempercepat transisi global. Komitmen China untuk mencapai netralitas karbon pada 2060 dan India pada 2070 mendorong pertumbuhan penggunaan energi terbarukan. Data menunjukkan tren positif dalam penggunaan energi terbarukan di kedua negara tersebut.
Menurut Veny Tamarind, fenomena ini menjadi pisau bermata dua bagi Kaltim. International Energy Agency (IEA) memproyeksikan penurunan perdagangan batu bara global sebesar 7% pada 2025, dengan Indonesia menjadi salah satu kontributor terbesar. Prediksi penurunan ekspor batu bara termal Indonesia mencapai 10% pada 2025 dan diperkirakan akan turun lagi sebesar 35 juta ton pada 2026 dibandingkan tahun sebelumnya.
Di tengah tantangan ini, pemerintah daerah berharap pada berbagai perjanjian kerja sama internasional untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8%. Korelasi tinggi antara net ekspor dan PDRB Kaltim yang mencapai 90% menuntut pertumbuhan net ekspor sebesar 6,95% agar ambisi tersebut tercapai.
Beberapa kesepakatan strategis menjadi andalan pemerintah daerah, antara lain ASEAN-China Free Trade Area, ASEAN-India Free Trade Area, Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement, serta kerja sama bilateral dengan Provinsi Anhui senilai Rp 13,8 triliun. Berbagai perjanjian ini menjadi kunci dalam mendorong kinerja ekspor untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi nasional.