Orang yang Menghindari Dokter Biasanya Memiliki 7 Ciri Kepribadian Ini Menurut Psikologi

Mengapa Beberapa Orang Memilih Tidak Tahu Penyakit yang Mereka Alami

JAKARTA – Ada banyak orang yang, ketika merasa tubuhnya tidak dalam kondisi baik, justru memilih untuk mengabaikan gejala dan tidak segera memeriksakan diri.

Mereka enggan pergi ke dokter, menunda pemeriksaan kesehatan, atau bahkan menolak membicarakan kemungkinan penyakit yang mereka alami.

Bagi sebagian orang, tindakan ini terlihat aneh — mengapa tidak segera mencari bantuan jika ada sesuatu yang tidak beres? Namun, dari sudut pandang psikologi, perilaku ini memiliki akar yang lebih dalam.

Strategi Menghindari Stres: Avoidance Coping

Dalam psikologi, perilaku ini sering disebut sebagai avoidance coping, yaitu strategi untuk mengurangi stres dengan menjauhi sumber masalah. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa “lebih baik tidak tahu daripada stres memikirkan hasilnya.”

Bagi mereka, ketidaktahuan bisa menjadi bentuk rasa aman semu, seolah dengan tidak memeriksakan diri, penyakit itu tidak benar-benar ada. Ini adalah cara seseorang menghadapi ketidakpastian dan rasa takut terhadap hasil diagnosis.

Kecenderungan Kontrol Eksternal

Orang-orang dengan external locus of control percaya bahwa hidup mereka ditentukan oleh faktor luar seperti nasib, keberuntungan, atau takdir. Mereka cenderung berpikir bahwa “kalau memang waktunya sakit, ya sakit saja.”

Pandangan ini membuat mereka pasif dan tidak termotivasi untuk mengambil tindakan proaktif, termasuk pergi ke dokter. Dalam psikologi, ini bisa dianggap sebagai penyerahan kendali terhadap hal-hal yang sebenarnya bisa diusahakan.

Penyangkalan Realitas

Bagi sebagian individu, pengakuan bahwa tubuh memiliki batas bisa terasa mengancam ego mereka. Psikologi menyebut ini sebagai denial mechanism, di mana seseorang memilih menyangkal realitas untuk menjaga keseimbangan emosional dan rasa percaya diri.

Mereka mungkin merasa bahwa mengakui adanya penyakit akan mengurangi citra diri mereka sebagai orang yang kuat dan sehat.

Perfeksionis yang Tidak Ingin Terlihat Lemah

Ternyata, beberapa orang yang menolak pergi ke dokter justru memiliki kepribadian perfeksionis. Mereka terbiasa tampil kuat, efisien, dan terorganisir. Mengaku sakit terasa seperti kegagalan pribadi — seolah tubuh yang “tak berfungsi sempurna” menjadi aib kecil dalam citra diri mereka.

Karena itu, mereka menunda pemeriksaan agar tetap bisa mempertahankan ilusi bahwa semuanya baik-baik saja. Dalam psikologi, ini disebut sebagai self-deceptive enhancement, yakni kebiasaan membohongi diri sendiri demi menjaga citra positif.

Rendahnya Kesadaran Diri

Seseorang dengan kesadaran diri rendah cenderung tidak peka terhadap sinyal tubuh dan emosi. Mereka sulit membedakan antara “lelah biasa” dan “tanda bahaya.” Kondisi ini sering muncul pada individu yang terlalu sibuk, menekan stres, atau terbiasa mengabaikan kebutuhan tubuh.

Mereka tidak menolak pergi ke dokter karena takut, melainkan karena benar-benar tidak menyadari bahwa ada yang perlu diperiksa. Pola ini bisa berbahaya jika dibiarkan terus-menerus.

Trauma terhadap Pengalaman Medis

Beberapa orang menghindari dokter karena pernah mengalami trauma di rumah sakit. Misalnya, pernah melihat anggota keluarga sakit parah setelah diagnosis dokter, atau mengalami perlakuan tidak menyenangkan di rumah sakit.

Trauma seperti ini dapat menimbulkan medical anxiety — rasa takut ekstrem terhadap proses medis. Mereka menghindari dokter bukan karena tidak peduli, tapi karena tubuh dan pikiran mereka secara naluriah ingin melindungi diri dari pengalaman yang menyakitkan.

Kepercayaan pada Cara Alami

Sebagian orang memiliki pandangan filosofis bahwa tubuh manusia bisa menyembuhkan dirinya sendiri tanpa bantuan medis. Dalam psikologi, ini bisa terkait dengan belief-driven behavior, di mana keyakinan pribadi lebih kuat daripada bukti objektif. Mereka cenderung mempercayai pengobatan alami, energi positif, atau doa sebagai bentuk perawatan yang lebih “selaras” dengan alam. Meskipun keyakinan ini tidak selalu salah, ekstremnya dapat membuat seseorang menolak intervensi medis bahkan ketika tubuh membutuhkan bantuan nyata.

Kesimpulan: Antara Ketakutan, Keyakinan, dan Kontrol Diri

Menghindari dokter bukan sekadar soal malas atau berani — ini tentang cara seseorang menghadapi ketidakpastian dalam hidup. Orang yang memilih tidak tahu penyakit yang diderita sering kali menunjukkan perpaduan antara rasa takut, keyakinan yang kuat, dan kebutuhan untuk mempertahankan kontrol atas diri sendiri. Psikologi mengajarkan bahwa memahami perilaku ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk mengenali sisi rapuh manusia yang takut pada kenyataan. Namun, pada akhirnya, keberanian sejati bukanlah menolak tahu — melainkan berani menghadapi kebenaran agar bisa mengambil langkah penyembuhan yang lebih bijak. Karena dalam dunia nyata, pengetahuan bukan hanya kekuatan — ia adalah bentuk kasih sayang pada diri sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *