Kepala Desa Akui Bocah Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing
Kabar duka datang dari Desa Cianaga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Seorang bocah bernama Raya meninggal dunia dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Tubuhnya penuh dengan ribuan cacing, bahkan cacing-cacing tersebut keluar dari hidung, mulut, hingga anus korban. Kejadian ini menimbulkan perhatian luas, termasuk dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Dedi Mulyadi mengungkapkan kekecewaannya terhadap aparat desa setempat karena dinilai tidak memberikan perhatian yang cukup kepada warganya. Ia menyatakan akan memberikan sanksi jika terbukti ada kelalaian dalam menjalankan fungsi-fungsi pokok seperti posyandu dan pelayanan kesehatan ibu dan anak (PKBI).
“Dimungkinkan saya akan memberikan sanksi bagi desa tersebut karena fungsi-fungsi pokok pergerakan PKK-nya tidak jalan, fungsi posyandunya tidak berjalan, dan fungsi kebidanannya tidak berjalan,” ujar Dedi Mulyadi melalui akun Instagram pribadinya.
Sebelum kasus ini viral, Raya dikenal sebagai anak dari Udin (32 tahun) dan Endah (38 tahun). Udin diduga menderita TBC, sedangkan Endah mengalami gangguan jiwa. Keluarga Raya tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan.
Kondisi Keluarga yang Mengkhawatirkan
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa Raya adalah warga desanya. Menurutnya, kedua orang tua Raya memiliki keterbelakangan mental, sehingga tidak mampu merawat anaknya secara optimal. “Kedua orangtuanya memiliki keterbelakangan mental, sehingga daya asuh terhadap anaknya kurang,” ujar Wardi.
Selama hidupnya, Raya sering tinggal dalam kondisi tidak sehat, seperti bermain di bawah kolong rumah bersama ayam. Ia juga mengalami demam dan didiagnosis menderita penyakit paru-paru. Namun, karena keluarganya tidak memiliki Kartu Keluarga (KK) dan BPJS, pengobatan Raya mengalami kendala.
“Dia punya penyakit demam kemudian diperiksa ke klinik puskesmas terdekat, ternyata dia punya penyakit paru. Udah gitu (keluarga) dia gak punya KK KTP sama sekali, desa tidak urus alhamdulillah. Cuman setelah penyakitnya makin parah, kemudian ada salah satu keluarga yang kenal dengan rumah teduh (filantropi) laporan, langsung dijemput pakai ambulans,” jelas Wardi.
Setelah kabar mengenai penyakit parah Raya menyebar, ia dirawat selama sekitar sembilan hari dengan bantuan filantropi. Sayangnya, Raya meninggal dunia pada akhir Juli 2025.
Peran Keluarga dan Pemerintah Desa
Wardi menegaskan bahwa Raya dan kakaknya yang berusia 7 tahun sering diasuh oleh sanak saudaranya. Meski begitu, karena pola hidup yang tidak terkontrol dan minimnya pengawasan, Raya menderita penyakit hingga akhirnya meninggal dunia.
“Iya sering kita kontrol, kalau ada rezeki juga sedikit kita suka kasih, kan orangtuanya gak bisa kerja juga. Tapi yang namanya penyakit juga kan kita enggak tahu, untuk Raya dan kakaknya ini tidak seperti ortunya (yang mengalami keterbelakangan mental),” pungkas Wardi.
Peristiwa ini menjadi peringatan penting tentang perlunya pemerintah daerah dan masyarakat lebih proaktif dalam memperhatikan kondisi warga yang rentan. Dengan adanya sistem pelayanan kesehatan yang baik dan penanganan sosial yang tepat, kasus-kasus seperti ini dapat diminimalkan.