Tanggung Jawab Klub dan I.League dalam Pengelolaan Suporter Sepak Bola Indonesia
Kericuhan antar suporter yang terjadi usai pertandingan PSIM Jogja melawan Persib Bandung menimbulkan perhatian serius dari Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. Ia menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya pengelolaan suporter yang lebih baik, serta meminta klub-klub di Indonesia untuk belajar dari contoh yang diberikan oleh Persija Jakarta.
Peristiwa kericuhan tersebut berlangsung di luar Stadion Sultan Agung, Bantul, setelah pertandingan berakhir. Awalnya, insiden terjadi ketika bus rombongan suporter asal Bandung menabrak salah satu pendukung PSIM di kawasan simpang empat Pingit, Yogyakarta, sekitar pukul 21.00 WIB. Meski masalah akhirnya diselesaikan dengan korban dibawa ke rumah sakit dan diberikan santunan sebesar Rp 2.500.000, informasi yang tidak jelas menyebabkan munculnya reaksi di beberapa titik lain. Namun, akhirnya kericuhan mereda tanpa ada korban jiwa.
Erick Thohir menegaskan bahwa semua kegiatan dan isu yang terkait kompetisi Super League 2025/2026, termasuk soal suporter, menjadi tanggung jawab penuh dari klub dan I.League sebagai operator kompetisi. Ia menjelaskan bahwa PSSI sudah menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada kedua pihak tersebut dan akan melakukan pemantauan terhadap langkah-langkah yang diambil.
“Saya ingin memastikan bahwa suporter pulang ke rumah dengan selamat. Oleh karena itu, Liga dan klub harus bertanggung jawab,” ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa hal ini sudah sering ia sampaikan kepada seluruh klub dan I.League. Selain itu, PSSI saat ini telah membentuk komite suporter yang berupaya menggandeng para pendukung secara lebih baik.
Contoh Nyata dari Persija Jakarta
Dalam kesempatan tersebut, Erick Thohir menyampaikan apresiasi terhadap tindakan Persija Jakarta dalam mengendalikan suporternya. Ia menyebut Macan Kemayoran sebagai contoh yang baik dalam mengelola hubungan dengan pendukung mereka.
“Saya apresiasi Persija atas kemampuan mereka dalam mengendalikan suporter. Saya berharap klub-klub lain juga bisa bekerja sama dengan suporter secara lebih baik,” katanya.
Erick menekankan pentingnya adanya aturan yang lebih keras dari I.League terkait pengelolaan suporter. Hal ini juga sesuai dengan peringatan FIFA. Ia menegaskan bahwa PSSI tidak ingin turun tangan dalam urusan suporter, tetapi I.League harus mematuhi aturan yang telah disepakati.
“I.League harus memiliki kebijakan yang benar-benar keras dan sesuai dengan pembicaraan bersama PSSI. Kita sudah memberi peringatan, bahkan FIFA juga sudah memberi peringatan. Jika diperlukan, saya akan intervensi I.League,” tambahnya.
Erick juga menyampaikan bahwa PSSI pernah melakukan intervensi dalam hal penggunaan VAR di Liga 1 dan Liga 2, yang berhasil meningkatkan kualitas wasit. Ia menekankan bahwa operasional Liga harus ditangani oleh I.League sendiri, tetapi PSSI akan tetap memantau prosesnya.
Tantangan dan Harapan Masa Depan
Erick Thohir menegaskan bahwa tujuan utama PSSI adalah menyelamatkan sepak bola Indonesia dan memastikan keamanan serta kenyamanan bagi semua pihak, termasuk suporter. Ia berharap klub-klub di seluruh Indonesia dapat belajar dari perspektif yang lebih baik dalam mengelola hubungan dengan pendukung mereka.
Dengan demikian, diharapkan ke depannya tidak lagi terjadi kericuhan serupa, sehingga suasana pertandingan sepak bola di Indonesia bisa lebih harmonis dan aman bagi semua pihak.