Tubuh Manusia: Sisa-Sisa Evolusi yang Masih Ada
Tubuh manusia penuh akan misteri dan cerita. Dari gigi bungsu yang sering menyakitkan hingga kulit yang merinding tanpa alasan jelas, banyak bagian tubuh kita tampaknya tidak lagi memiliki fungsi penting. Namun, sebenarnya, mereka adalah sisa-sisa dari perjalanan evolusi yang panjang.
Banyak bagian tubuh kita bisa diibaratkan sebagai “museum hidup” yang menyimpan bukti masa lalu. Misalnya, kita berjalan dengan dua kaki karena nenek moyang kita berevolusi demikian jutaan tahun lalu. Tapi, beberapa organ lainnya tidak lagi sesuai dengan kebutuhan zaman. Meski begitu, mereka masih ada dan mungkin memiliki peran yang belum sepenuhnya diketahui.
Salah satu contoh yang paling dikenal adalah apendiks atau usus buntu. Dulu, apendiks membantu manusia purba mencerna makanan berbasis tumbuhan yang tinggi serat. Namun, setelah pola makan manusia berubah, apendiks dianggap tidak lagi berguna. Bahkan Charles Darwin pernah mengatakan bahwa apendiks tidak lagi diperlukan.
Gigi bungsu juga merupakan contoh lain. Dulu, gigi ini membantu manusia purba mengunyah akar dan daging mentah. Kini, gigi bungsu seringkali menjadi masalah karena rahang manusia modern lebih kecil dan makanan kita lebih lunak. Akibatnya, banyak orang harus mencabut gigi bungsu untuk menghindari rasa sakit.
Tidak hanya itu, bahkan fenomena seperti merinding juga memiliki makna evolusioner. Dahulu, merinding membantu manusia mengembangkan bulu agar tubuh lebih hangat atau tampak lebih besar saat menghadapi ancaman. Sekarang, efek ini hanya bersifat sementara dan tidak lagi memiliki fungsi nyata.
Mengapa Organ-Organ Ini Masih Ada?
Pertanyaannya, mengapa organ-organ tersebut masih ada? Menurut Matthew Ravosa, Direktur Center for Functional Anatomy and Evolution di Johns Hopkins University School of Medicine, “Kemungkinan besar karena organ-organ ini tidak menimbulkan kerugian berarti.” Artinya, selama organ tersebut tidak membahayakan, tekanan seleksi alam untuk menghilangkannya juga kecil.
Beberapa organ bahkan mengalami repurposing, yaitu memiliki fungsi baru atau didaur ulang secara evolusioner. Contohnya, apendiks yang kini diketahui memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan pencernaan dan sistem imun. Apendiks ternyata mengandung banyak jaringan imun dan bakteri baik yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus setelah sakit atau konsumsi antibiotik.
Michael Snyder dari Snyder Lab di Stanford University juga menyatakan, “Terkadang, yang tampak seperti kelebihan justru memiliki fungsi penting dalam kondisi tertentu. Apendiks adalah contoh yang bagus untuk hal ini.”
Evolusi Masih Berjalan: Manusia Baru Mulai Lahir Tanpa Organ Tertentu
Ilmu pengetahuan masih berusaha memahami organ tubuh mana yang benar-benar vestigial (tak lagi punya fungsi) dan mana yang masih bekerja dalam cara berbeda. Menariknya, beberapa orang kini mulai lahir tanpa organ yang dulu dianggap penting.
Sekitar 35 persen populasi dunia saat ini lahir tanpa gigi bungsu. Keberadaan atau ketidakhadirannya tampaknya tergantung genetik dan evolusi makanan yang makin lunak. Contoh lainnya adalah otot palmaris longus di lengan bawah yang dulunya membantu saat memanjat atau mencengkeram. Kini, sekitar 14 persen orang tak memilikinya—dan itu tidak berdampak signifikan terhadap kekuatan genggaman.
Masa Depan: Apakah Kita Akan Kehilangan Lebih Banyak Bagian Tubuh?
Dengan semakin majunya teknologi, perubahan pola makan, serta intervensi medis, mungkinkah kita akan terus “merampingkan” tubuh secara evolusioner? Jawaban dari Matthew Ravosa adalah, “Tak ada yang benar-benar tahu.” Perubahan teknologi sangat cepat dan tidak bisa diprediksi, sehingga sulit memperkirakan ke mana arah evolusi tubuh manusia ke depan.
Ia menambahkan, “Kita mempelajari organ vestigial dengan cara melihat ke belakang. Untuk ke depan, kita hanya bisa menunggu dan melihat apa yang akan terjadi.”