Peringatan Hari Kesaktian Pancasila dan Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari
JAKARTA – Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober. Peringatan ini dilakukan untuk mengenang para Pahlawan Revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S. Selain itu, juga sebagai pengingat betapa pentingnya mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.
Namun, apakah Pancasila masih relevan dalam praktik kehidupan masyarakat sehari-hari? Untuk menjawab pertanyaan ini, GoodStats melakukan survei terkait opini masyarakat tentang relevansi dan implementasi Pancasila.
Tingkat Kesadaran Masyarakat terhadap Teks Pancasila
Salah satu hal yang ditanyakan adalah kapan terakhir responden membaca atau mengucapkan teks Pancasila. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 55,9 persen masyarakat sudah lama tidak membaca teks Pancasila.
Sementara itu, 23,4 persen mengaku sudah lupa kapan terakhir membacanya, 19,7 persen baru-baru ini membacanya, dan hanya 1,1 persen yang tidak pernah sama sekali.
CEO GoodStats, Wahyu Aji, menyatakan bahwa penurunan interaksi verbal terhadap simbol negara ini terlihat dari mayoritas responden yang sudah lama tidak membaca atau mengucapkan teks Pancasila. Namun, ia menambahkan bahwa sebagian besar responden (23,4 persen) masih sempat membaca Pancasila dalam sebulan terakhir.
Tingkat Kehafalan Sila-Sila Pancasila
Selanjutnya, GoodStats juga menanyakan tingkat kehafalan masyarakat terhadap sila-sila Pancasila. Mayoritas responden (83 persen) mengaku sangat hafal kelima sila tersebut. Namun, sekitar 11,5 persen mengaku hanya hafal sebagian samar-samar.
Wahyu Aji menekankan pentingnya lebih menormalisasi pelafalan Pancasila di berbagai kesempatan. Ia juga menyoroti perlunya merawat pemahaman dan pengamalan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata.
Implementasi Sila-Sila dalam Kehidupan Sehari-hari
GoodStats juga merekam bagaimana masing-masing sila Pancasila diterapkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat:
-
Sila Pertama: “Ketuhanan yang Maha Esa”
Mayoritas responden (60,8 persen) menilai bahwa sila pertama ini masih sangat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat.
-
Sila Kedua: “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Hanya 8,6 persen responden yang menilai sila ini sudah terlaksana secara penuh dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari 34,7 persen merasa pengamalan sila ini belum cukup terasa. Ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk meningkatkan kebijakan yang lebih inklusif serta teladan dari pemimpin.
-
Sila Ketiga: “Persatuan Indonesia”
Meskipun ada tantangan dalam mewujudkan persatuan, sebagian besar responden masih merasakan adanya persatuan Indonesia.
-
Sila Keempat: “Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”
Sebanyak 17,4 persen responden memberi skor terendah (1 dan 2 dari 6), mengindikasikan ketidakpuasan terhadap representasi dan kebijakan yang dihasilkan melalui perwakilan rakyat.
-
Sila Kelima: “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Skor terendah sangat signifikan, dengan 69,6 persen responden merasa ketidakadilan sosial masih menjadi masalah sehari-hari. Hanya 4,3 persen yang menilai bahwa sila ini sangat terlaksana.
Metode Survei dan Jumlah Responden
Survei ini dilakukan oleh GoodStats kepada 1.000 responden dengan metode online pada medio 20-28 September 2025. Mayoritas responden berasal dari Pulau Jawa (65,5 persen), sedangkan 34,5 persen berasal dari luar Pulau Jawa.
Hasil survei ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat memandang relevansi dan implementasi Pancasila dalam kehidupan mereka sehari-hari.