Denza D9 Menjadi Perhatian di Pasar Otomotif Indonesia
JAKARTA – Denza D9 menjadi salah satu mobil MPV listrik premium yang menarik perhatian masyarakat Indonesia. Dengan klaim jarak tempuh hingga 600 kilometer dalam sekali pengisian penuh, banyak orang tertarik untuk mencoba kendaraan ini.
Namun, pengalaman nyata di lapangan bisa berbeda dari apa yang dijanjikan oleh produsen.
Pengalaman Nyata Pengguna Denza D9 di Medan Berbeda
Nico Hartono (40 tahun), seorang pengguna Denza D9 asal Cipondoh, Tangerang, membagikan pengalamannya setelah satu bulan menggunakan kendaraan ini.
Menurut Nico, pencapaian jarak tempuh 600 kilometer sulit diraih dalam kondisi jalan yang sebenarnya, terutama untuk perjalanan luar kota.
“Ketika saya melakukan perjalanan dari Jakarta menuju Bandung yang jaraknya sekitar 150 kilometer, baterai mobil saya terkuras hingga 45 persen, dan hanya tersisa 55 persen di layar MID. Artinya, konsumsi energi Denza D9 hanya berkisar antara 330 hingga 350 kilometer dalam sekali pengisian penuh, jauh di bawah klaim resmi pabrikan,” ungkapnya.
Meskipun demikian, ia menemukan bahwa penggunaan Denza D9 di dalam kota lebih efisien berkat sistem regenerative braking yang berfungsi dengan baik saat menghadapi lalu lintas padat dengan kondisi setop and go.
“Kalau dipakai dalam kota, masih lebih irit. Jadi memang tergantung medan jalan,” tambah Nico.
Biaya Pengisian Listrik yang Menguntungkan Dibandingkan MPV Bensin
Selain membahas jarak tempuh, Nico juga menyentuh aspek biaya pengisian baterai. Dengan kapasitas baterai sebesar 103 kWh dan tarif SPKLU sekitar Rp 2.500 per kWh, pengisian penuh memerlukan biaya sekitar Rp 257.500. Dengan jarak tempuh riil 330 hingga 350 kilometer, biaya per kilometer berkisar antara Rp 736 hingga Rp 780.
Angka ini menunjukkan bahwa Denza D9 jauh lebih hemat dibandingkan MPV premium berbahan bakar bensin seperti Toyota Alphard, yang rata-rata mengonsumsi 1 liter untuk 10 kilometer.
Menggunakan harga Pertamax Rp 12.200 per liter, biaya perjalanan dengan Alphard mencapai Rp 1.220 per kilometer, dan biaya pengisian bensin sampai penuh (kapasitas tangki 75 liter) kurang lebih sekitar Rp 915.000.
Dari hitungan tersebut, Denza D9 terbukti lebih hemat biaya operasional per kilometer sebesar 36 hingga 40 persen dibandingkan Alphard.
Kendala Pengisian Daya Menjadi Tantangan
Sayangnya, Nico belum dapat menikmati kemudahan pengisian daya di rumah karena perangkat wall charger yang dijanjikan belum diterima. Ia saat ini masih bergantung pada SPKLU saat bepergian atau portable charger bawaan mobil yang dirasakannya terlalu lambat, membutuhkan waktu semalaman untuk terisi penuh.
“Kalau wall charger sudah ada, pasti lebih nyaman dan lebih hemat. Sekarang kalau pakai portable charger, bisa semalaman baru penuh,” keluh Nico.
Kesimpulan: Denza D9 Memiliki Potensi yang Menjanjikan
Dari pengalaman Nico, terlihat jelas bahwa konsumsi listrik Denza D9 sangat dipengaruhi oleh medan perjalanan yang dilalui.
Namun, dari sisi biaya, mobil ini tetap menunjukkan keunggulan yang signifikan dibandingkan kompetitor MPV premium berbahan bakar bensin.
Bagi pengguna yang memiliki akses mudah ke wall charger di rumah, Denza D9 bisa menjadi pilihan menarik dengan biaya operasional yang lebih ramah di kantong.
Dengan demikian, Denza D9 tidak hanya menawarkan inovasi teknologi, tetapi juga potensi untuk menjadi solusi transportasi yang lebih efisien di masa depan.