“Jaga Rimba”, Menjaga Nalar Manusia: Kisah Perlawanan Pembalakan Hutan Lindung Lereng Gunung Slamet

Pembalakan Hutan Lindung di Lereng Barat Gunung Slamet
Aktivis lingkungan Jaga Rimba melakukan patroli di kawasan hutan lindung lereng barat Gunung Slamet di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. (Foto: Dok Aktivis Lingkungan Jaga Rimba)

Dia bercerita, tahun 2021 sempat terjadi kebakaran hutan lindung yang disebut terjadi karena faktor cuaca saat musim kemarau. Relawan Jaga Rimba menaruh kecurigaan bahwa hutan lindung itu sengaja dibakar oleh oknum tidak bertanggung jawab, namun tak bisa membuktikan. Sebab, tak hanya sekali dia kali mereka menyaksikan kayu pohon yang ditebang dan dibakar telah dibuang ke sungai.

“Penebangan pohon itu sangat masif. Bahkan ada bandar yang membayar petani saat penebangan pohon. Untuk pohon berukuran besar yang berhasil ditebang mereka mendapat upah sekitar Rp 2 juta. Pohon yang ditebang, kayunya tidak dijual, tapi dibakar di hutan dan sisanya dibuang di sungai,” jelas Rozak.

Rozak menyebut, kerusakan hutan lindung di lereng barat Gunung Slamet sangat parah. Penggarapan lahan pertanian kentang sudah sampai di ketinggian 2.100 mdpl dan sudah memasuki center hutan lindung, sedangkan ketinggian puncak Gunung Slamet adalah 3.432 mdpl. Ia mengungkap, kerusakan hutan lindung tidak hanya terjadi di Kabupaten Brebes.

Kerusakan hutan lindung Gunung Slamet juga terjadi di wilayah Kabupaten Tegal dan Kabupaten Banyumas. Di wilayah Tanggeman Kabupaten Tegal, pembalakan hutan lindung untuk alih fungsi lahan pertanian bahkan sudah sampai pada ketinggian 2.300 mdpl. Untuk Kabupaten Banyumas kerusakan hanya di ketinggian 800 mdpl, dan berhenti karena sudah terjadi banjir bandang untuk pertama kalinya tahun kemarin.

Kondisi hutan lindung di lereng barat Gunung Slamet yang gundul akibat pembalakan liar untuk alih fungsi menjadi lahan pertanian sayur. (Foto: Dok Aktivis Lingkungan Hidup Jaga Rimba)



“Di sini, khususnya wilayah Sirampog, jalan desa sudah seperti sungai saat hujan deras. Air dari atas langsung turun ke bawah karena di atas sudah tidak ada pohon yang menyerap air. Banjir bandang sering terjadi,” katanya.

Rozak mengungkapkan, aktivis lingkungan Jaga Rimba dan para relawan yang peduli terhadap lingkungan sering diintimidasi oleh oknum petani kentang yang dibekingi oleh bandar atau cukong. Bahkan, saat para relawan sedang berada di atas untuk melakukan penjagaan, ban sepeda motor milik mereka sering dibacok. Intimidasi juga mereka alami saat mengambil foto kerusakan hutan lindung.

Puncak konflik antara aktivis lingkungan dengan petani kentang anak buah bandar terjadi pada 21 September 2023, di mana para aktivis lingkungan saat ini hendak menunjukkan kerusakan hutan lindung kepada Camat Sirampog. Namun terjadi persekusi dan penyanderaan para aktivis lingkungan hingga seorang camat akhirnya dievakuasi untuk menghindari konflik berkepanjangan.