“Jaga Rimba”, Menjaga Nalar Manusia: Kisah Perlawanan Pembalakan Hutan Lindung Lereng Gunung Slamet

Pembalakan Hutan Lindung di Lereng Barat Gunung Slamet
Aktivis lingkungan Jaga Rimba melakukan patroli di kawasan hutan lindung lereng barat Gunung Slamet di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. (Foto: Dok Aktivis Lingkungan Jaga Rimba)

“Daerah lain terjadi ribut biasanya penduduk dengan aparat atau Perhutani. Tapi di sini justru sering bentrok antar warga. Tapi kini konflik sudah berangsur-angsur membaik. Sudah ada sedikit kesadaran, tinggal prosesnya bisa hijau kembali butuh waktu ratusan tahun,” ungkap dia.

Rozak menyampaikan, di dekat lokasi pembalakan hutan lindung ini terdapat Tuk Suci, sumber mata air yang dimanfaatkan warga Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kota Tegal. Oleh karenanya, mereka meminta para perusahaan air minum daerah yang mengambil air dari Tuk Suci bisa lebih peduli untuk bersama-sama melakukan konservasi hutan lindung.

“Di sini ada sumber air untuk Kabupaten Brebes dan Tegal. Kalau dibiarkan tidak ada reboisasi bisa kekurangan air bersih. Ini bukan soal urusan perut para petani, tapi ini sudah memasuki hawa nafsu bandar,” katanya.

Sementara data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes tercatat, hutan yang berada di lereng barat Gunung Slamet telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian. Luasan hutan gundul di gunung Slamet ini mencapai ribuan hektar dan menjadi penyebab banjir bandang. Total luasan hutan di wilayah Kabupaten Brebes yang tidak tertutup vegetasi atau hutan gundul saat ini mencapai 35 persen atau sekitar 2.168 hektar.