Tanggul itu terbuat dari karung berbahan karet tebal yang diisi pasir atau geobag. Tanggul ini dibuat tiga tahun lalu oleh warga yang dimotori oleh Kepala Desa Randusanga Wetan, Swi Agung Kabiantara.
Tanggul darurat tersebut hingga kini masih utuh meskipun dihantam ombak di wilayah abrasi Brebes.
“Kami bersama pemerintah provinsi, Kementerian PUPR dan lainnya membuat tanggul dengan contoh seperti yang dibuat oleh warga,” kata Urip.
“Tanggul Geobag atau bantalan pasir dalam wadah geotekstil woven atau nonwoven ini dinilai mampu menahan gelombang air laut,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Randusanga Wetan, Swi Agung Kabiantara mengatakan, panjang bibir pantai di Desa Randusanga sepanjang 5 kilometer.
Akibat abrasi ini, sudah ada 325 hektare tambak milik warga rusak dan tidak bisa diberdayakan.
Serta sudah ada 10 rumah warga yang tidak bisa lagi ditempati karena terendam banjir. Namun bagi warga yang mampu, mereka bisa meninggikan lantai rumahnya.
“Kalau yang tidak punya uang, rumahnya ditinggalkan dan tidak bisa ditempati. Di Desa Randusanga Wetan ada 10 rumah yang ditinggal. Mereka saat ini hanya bisa pasrah dan terpaksa tinggal di rumah saudaranya,” pungkasnya.
Respon (1)
Komentar ditutup.