68 Pabrik Beroperasi di Brebes Tapi 95 Ribu Warga Masih Nganggur, Begini Kata Bupati

Angka Pengangguran Brebes
Bupati Brebes Paramitha Widya Kusuma saat memimpin upacara HUT RI di Alun-alun Brebes. (Foto: Mantiq Media)

Sebelumnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Dinperinaker) Brebes, Warsito Eko Putro mengakui bahwa jumlah angka pengangguran terbuka di Kabupaten Brebes tertinggi di Jawa Tengah.

“Faktor angka pengangguran kita tinggi karena ada berberapa faktor, terutama gender. Banyak pengangguran kita itu adalah laki-laki,” kata Warsito Eko Putro.

Eko mengungkapkan, kebanyakan perusahaan atau pabrik yang ada di Kabupaten Brebes membutuhkan pekerja perempuan karena mayoritas pabrik memproduksi alas kaki dan garmen. Namun demikian, pihaknya terus mengupayakan dan meminta para HRD tiap perusahaan di wilayahnya untuk bisa merekrut pekerja laki-laki.

“Mereka lebih banyak merekrut perempuan. Kami selalu berusaha agar para HRD itu menerima laki-laki,” kata dia.

Dia melanjutkan, sampai saat ini sudah ada beberapa perusahaan atau pabrik yang telah melakukan perekrutan dan mempekerjakan laki-laki. Di antaranya PT Mitra Emas Lestari (MEL) hampir 80 persen pekerja laki-laki, PT Bintang Indokarya Gemilang (BIG) 20 persen pekerja laki-laki dan PT Shyang Tah Jyun (STJ) hampir 80 persen pekerja laki-laki.

“Pekerja laki laki ada di PT BIG 20 persen, PT MEL hampir 80 persen, dan PT STJ hampir 80 persen,” ungkap dia.

Selain faktor gender, pendidikan rendah juga menyumbang angka pengangguran di Kabupaten Brebes tertinggi di Jawa Tengah. Menurut Eko, angkatan kerja di Kabupaten Brebes lebih dari 50 persennya adalah lulusan SD dan tidak lulus SD. Mereka hanya bisa mengakses pekerjaan di sektor informal, seperti petani, tukang bangunan, dan serabutan.

“Di kita banyak pekerja informal, seperti tukang bangunan, petani, dan sektor informal lainnya. Kabupaten Wonogiri angka penganggurannya lebih rendah karena lapangan kerja informalnya lebih banyak. Jadi yang harus kita ciptakan itu lapangan kerja informal,” papar Eko.

Eko mengungkapkan, link and match atau angkatan kerja dengan jurusan pendidikan yang tidak relevan dengan sektor industri yang ada di Kabupaten Brebes. Di Brebes mayoritas perusahaan memproduksi alas kaki dan garmen, sementara kebanyakan lulusan adalah jurusan komputer dan mesin.

“Passion juga menjadi faktor. Kadang anak itu butuh kerja tapi kalau bukan passionnya itu gak mau, misalnya laki-laki tidak bisa jahit, dan nyata banyak lulusan SMA SMK pada nganggur,” katanya.